Selamat datang semoga nyaman disini, bermanfaat dan jangan lupa bagikan tulisan ini

Tuesday, August 30, 2016

Jurnal Gaya Bahasa Baku Dan Tidak Baku Pada Lirik Lagu Pop



GAYA BAHASA, BAKU DAN TIDAK BAKU
 PADA LIRIK LAGU POP
ULFA NURAJIZAH
1431011004

ABSTRAK
Lagu merupakan alunan nada-nada yang indah yang diucapkan seorang penyanyi yang mempunyai karakter yg unik,indah, lagu termasuk sejajar dengan puisi,  aliran lagu  di dunia berbagai macam jenis diantaranya aliran pop,rock,Rnb da lain –lain, didalam membuat lagu ataupun puisi menggunakan kata-kata yang unik dan indah supaya orang yang mendengarnya menarik.untuk itu tujuan penelitian  ini adalah untuk mendeskripsikan lirik-lirik lagu dalam  pemakain gaya bahasa dan kata baku dan tidak baku pada lirik salah satu lagu pop D’masiv,letto,fatin shidqia,ungu. Metode yang digunakn adalah analisis isi.sumber data adalah dokumen yang berupa lirik lagu D’masiv,letto,fatin shidqia,ungu teknik  pengumpulan data  yang digunakan  dalam penelitian adalah teknik catat,karena  sumber datanya berupa teks.berdasarkan hasil analisis terdapat 12 gaya bahasa & 4 kata tidak baku yang paling dominan dinatar semua lirik lagu gaya bahasa yang digunakn adalah Hiperbola, dan diantara semua lirik lagu dominan menggunakan kata baku.
Kata Kunci : gaya bahasa,baku dan tidak baku.

PENDAHULUAN
Bahasa merupakan suatu alat komunikasi manusia yang berupa suara yang diucapkan oleh salah satu indra manusia yaitu mulut yang betujuan untuk memudahkan dalam berkomunikasi, di dunia terdapat bahasa yang beraneka ragam sepeti bahasa inggris, spayol,arab,thailand,korea,indonesia. Setiap manusia diperbolehkan memilih bahasa secara bebas menurut asal negaranya, bahasa di dunia yang harus dikuasi yaitu bahasa inggris.
Dinegara indonesia diharuskan memahami atau memakai bahasa indonesia, bahasa indonesia merupakan bahasa yang digunakan untuk memudahkan berbahasa, bahasa indonesia sendiri merupakan bahasa yang resmi yang ada di indonesia. Di indonesia sendiri terdapat bergam bahasa daerah diantaranya ada bahsa sunda,batak,jawa,menado dan lain-lain.
Sepanjang usia peradaban  manusia, musik selalu termasuk didalamnya ada yang berpendapat musik bukan murni “milik” manusia, mungkin musik sudah ada sebelum manusia itu ada, sadar atau tidak, percaya atau tidak, langsung atau tidak musik selalu ada d hidup kita, musik mempunyai peran  dan kekuatan yang tidak kecil dalam kehidupan manusia . musi mempunyai banyak fungsi yaitu kondunkasi, ekspresi, dokumentasi,identitas, dan hiburan bahkan dibudaya yang mentabukan beberapa praktik musikpun nyata  bahwa musik berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat. ( Regelski ,2006:3 )
 ( Tarigan 1986 : 23 mendefenisikan musik sebagai (1) ilmu atau seni menyusun nada atau suara diurutkan,dikombinasi, dan hubungan temporal  untuk menghasilkan komposisi ( suara ) yang mempunyai kesatuan dan keseimbangan (2) nada dan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan ( terutama yang menggunakan alat ).
Penelitian tentang lagu  yayah. B lumintaintang membuktikan bahwa lagu terutama lagu klasik sangat mempengaruhi perkembangan IQ  dan EQ. Seorang anak kecil terbiasa mendengarkan lagu akan lebih berkembang kecerdas  emosional dan intelegensinya dibandingkan dengan anak yang jarang mendengarkan lagu.
Gaya bahasa termasuk salah satu unsur pembangun nilai kepuitisan dalam puisi, dgahaya juga ikut menentukan keindahan puisi dalam segu makna maupun segi keindahan bunyi, gaya baasa dipergunakan untuk mengungkapkan  perasaan seseorang pada bait-bait puisi maupun lirik lagu.
Di dunia terdapat lagu-lagu yang bermacam-macam pula selain bahasanya, diantaranya terdapat aliran  lagu pop,Rnb,rok,blues,jazz,keroncong,dangdut dan lain-lain,  salah satunya  lagu pop di dunia sangat populer dikarenakan lagu pop merupakan lagu yang sangat membuat orang tenang, karena lagu pop merupakan lagu yang mempunyai ciri yang mudah dan enjoy di dengarkan pleh penikmat musik, Bahkan diindonesiapun aliran lagu pop merupak aliran yang paling diminati oleh semua orang.
Karena lagu-lagu pop yang sangat populer, membuat semua orang mempelajari aliran musik ini, banyak talent-talent  show  di dunia dan indonesia  yang mencari para calon musisi atau penyanyi pop,dan pencipta lagu pop.
D’masiv merupakan salah satu grup musik asal indonesia yang di bentuk pada tanggal 3 maret 2003, grup ini terdiri dari 5 orang, nama d’masiv berasal dari bahasa inggris “massive”, album D’masiv berisi kumpulan syair lagu pop yang sangat indah.
Fatin Shidqia lubis merupakan salah satu penyanyi solo wanita  asal indonesia, yang asal mula karirnya dari juara ajang pencarian bakat X factor indonesia musim pertama , lahir pada tanggal 30 juli 1996 , setelah menjuari  ajang tersebut fatin mengeluarkan debut single “ aku memilih setia “ dan pada tanggal 11 november 2013 fatin meliris album pertamanya yang bertajuk “for you
Ungu merupakan salah satu grup musik asal indonesia yang dibentuk tahun 1996, grup ini terdiri dari 5 0rang,pada tanggal  6 juli 2002 ungu merilis album pertamanya yang tajuk “laguku”
Letto merupakan salah satu grup musik asal indonesia yang terbentuk tahun 2004, grup ini beranggotaan 4 orang, Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas,peneliti mendorong untuk menganalisis gaya bahasa dan kata baku dan tidak baku pada salah satu  lirik lagu D’masiv, fatin shidqia lubis,Ungu,letto

rumusan masalah
1.      Bagaimanakah Pemakaian kata baku dan tidak baku yang terdapat dalam lirik lagu pop D”masiv, fatin shidqia lubis dan Ungu,letto ?
2.      Bagaimanakah pemakaina gaya bahasa dalam  lirik lagu POP D’masiv,fatin shidqia lubis, Ungu,letto ?



tujuan
1.      Mendeskripsikan pemakaian kata baku dan tidak baku yang terdapat dalam lirik lagu pop D’masiv, fatin shidqia dan Ungu
2.      Mendeskripsikan pemakaian gaya bahasa yang terdapat dalam lirik lagu pop D’masiv, fatin shidqia dan Ungu

METODE
Metode yang digunakan adalah metode Kualitatif, sumber data adalah dokumen yang berupa lirik lagu D’masiv,letto,fatin shidqia,ungu teknik  pengumpulan data  yang digunakan  dalam penelitian adalah teknik catat,karena  sumber datanya berupa teks.


DASAR TEORI
Bahasa dalam lagu
Bahasa indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa resmi negara, sebagai bahasa resmi negara keduudkan bahasa indonesia telah diatur  UUD 1945, bahasa indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bangsa indonesia , bahasa indonesia dituntut untuk mampu menjadi bahasa pembangun  yakni menatapkan peranan  bahasa indonesia sebagai sarana pemvbangun bangsa dan sarana pembinaan kehidupan budaya bangsa.
Bahasa merupakan objek linguistik karena pada hakikatnya bahasa merupakan seperangkat bunyi yang langsung kita dengar dari penuntun bahasa, yang dimaksud dengan bunyi adalah bunyi bahasa. Lagu merupakan unsur-unsur bunyi bahasa yang dilantunkan penyanyi berdasarkan tinggi rendahnya suara ( not ) sehingga bunyi bahasa itu lebih nikmat untuk didengar.perkembangan lagu-lagu yang liriknya berbahasa indonesia dewasa ini cukup menggembirakan, tidak lepas dari peranan bahasa indonesia baikdalam perbendaharaan kosa katnya yang dapat mewakili tujuan-tujuan dari penyanyi.
Penggunaan bahasa indonesia dalam lirik lagu mempunyai ciri khas sendiri sebab lirik lagu mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.lagu pada dasarnya ungkapan perasaan,luapan dari penyanyi itu sendiri,oleh karena itu lagu bisa membuat orang terhibur,terpesona, dan bahkan terlena apabila liri-lirik lagu yang dilantunkan penyanyi mengena dihati pendengar.

Sejarah Lagu Pop di dunia dan indonesia
Sejarah musik pop bermula pada Perang Dunia I pada tahun 1918. Di Amerika Serikat, aliran musik ini mulai di gemari pada tahun 1920. Nama musik pop itu sendiri berasal dari kata populermaka tidak heran jika dari masa ke masa aliran musik ini selalu banyak peminatnya.
Tokoh yang mengenalkan istilah pop itu adalah Lawrence Alloway, seorang pengamat seni rupa terinspirasi nama pop dari gerakan seni rupa di Amerika dan Inggris. Musik pop di Amerika latin musik pop mulai di kenal pada tahun 1920 juga sebagai musik pengiring dansa tango yang bertangga nada minor dan melankolis.
Antara tahun 1920 hingga 1940, Musik pop mulai menjadi salah satu musik yang di gemari di seluruh dunia dengan berbagai irama seperti Rhumba, Samba, Conga, Salsa, Mambo dan Berbagai jenis lainnya. Musik pop tidak pernah pudar dari masa ke masa karna musiknya yang easy listening. Selain itu, musiknya di tunjang oleh penggunaan berbagai inovasi teknologi dan tidak berbatas hanya pada satu aliran tertentu .
Musik pop atau Musik populer adalah nama bagi aliran-aliran musik yang didengar luas oleh pendengarnya dan kebanyak bersifat komersial.Musik Pop pertama kali berkembang di Amerika Serikat

SEJARAH MUSIK POP DI INDONESIA
Musik pop di Indonesia diawali oleh sebuah grup yang cukup terkenal pada tahun 1970-an. Nama grup ini adalah koes plus. Grup ini menjadi legendaris di Indonesia karena puluhan lagu, bahkan ratusan lahir dari kelompok musik ini, dari yang versi pop, pop jawa, irama melayu, dangdut, pop anak-anak, lagu berbahasa Inggris, irama keroncong, folk song, dan hard beat. Baru-baru ini namanya diabadikan sebagai kelompok musik dengan lagu terbanyak di Museum RecordIndonesia (MURI). Lagu mereka sungguh sederhana baik dalam syair, musik, maupun melodi. Ciri khasnya adalah perpaduan suara antara vokalis mereka (Yon dan Yok) yang khas. Lagu-lagu mereka masih tetap digemari sampai sekarang.
Salah satu ciri musik pop adalah penggunaan ritme yang terasa bebas.dengan mengutamakan permainan drum dan gitar bass. Komposisi melodinya juga mudah dicerna. Biasanya, para musisinya juga menambahkan aksesori musik dan gaya yang beraneka ragam untuk menambah daya tarik dan pemahaman bagi para penikmatnya.
Musik pop dibedakan atas musik pop anak-anak dan musik pop dewasa. Musik pop anak umumnya memiliki bentuk yang lebih sederhana dan memiliki syair yang lebih pendek. Selain itu, komposisi musiknya tidak terlalu kompleks dengan rentan nada yang tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Tema syair musik pop anak-anak biasanya berkisar pada hal-hal yang mendidik, seperti mencintai orang tua, Tuhan, Sekolah, dan Tanah Air.
Sebaliknya, musik pop dewasa umumnya lebih kompleks dengan alunan melodinya lebih bebas dengan improvisasinya lebih banyak, namun ringan. Tema-tema syairnya pun lebih bervariasi, dari kehidupan remaja, percintaan, sampai masalah kritik sosial.
Beberapa musisi dan grup band pop indonesia antara lain, Titiek Puspa, Chrisye, Katon Bagaskara, Melly Goeslaw, grup band Peterpan, Ada Band, Kla Project dan sebagainya. Serta dengan artis indonesia antara lain, Kris dayanti, Ari laso, Ruth Sahanaya, dan lain-lain.
Sekitar tahun 1976, Koes Plus mulai redup, mungkin karena generasi yang berganti dan selera musik masyarakat yang terusberkembang. Sekitar 1978, Koes Plus benar-benar lesu. Kelesuannya digantikan oleh penyanyi solo ataupun grup yang terus menerus berganti dari tahun ke tahun. Sekitar tahun 1970 sampai 1980-an musik pop Indonesia dihiasi oleh kelompok musik antara lain Koes Plus, Mercy’s, Panber’s, D’Lloyd. Selanjutnya, akhir-akhir ini masuk kelompok-kelompok musik baru seperti Gigi, Sheila On 7 Peterpan, dan Radja.

Gaya bahasa
Pengertian gaya bahasa
Istilah gaya diangkat dari istilah style yang berasal dari bahasa latin stilus dan mengandung arti leksial “ alat umtuk menulis “ ( Aminuddin 2009 :72 ) aminuddin juga menjelaskan bahawa dalam karya sastra istilah gaya  mengadung pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasanya dengan menggunakan media  bahasa  yang indah dan harmonis serta mampu menuaskan makana dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembahasan.
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Majas adalah cara menampilkan diri dalam bahasa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.
 Sedangkan menurut Prof.Dr.H.G.Tarigan bahwa majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Unsur kebahasaan antara lain: pilihan kata, frase, klausa, dan kalimat.Menurut Goris Keraf, sebuah majas dikatakan baik bila mengandung tiga dasar, yaitu: kejujuran,sopan santun, dan menarik.
Jenis – jenis gaya bahasa
Dilihat dari susut bahasa atau unsur-unsur bahasa dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan dengan jenis-jenis bahasa sebagai berikut :
a.    Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata
Dalam bahasa sandar ( beda ) dapat dibedakan yaitu gaya bahasa resmi, gaya bahasa tidak resmi, gaya bahasa percakapan
b.      Gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana
Gaya bahasa dilihat dari sudut nada yang terkandung dalamsebuah wacana diabgi atas : gaya bahasa sederhana, gaya mulia, bertenanga, gaya menengah
1)      Majas Perbandingan
a)      Personifikasi
Majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada benda-benda mati sehingga seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia/benda hidup. Contoh : Baru tiga km berjalan mobilnya sudah batuk- batuk.
b)      Depersonifikasi
Majas yang menampilkan manusia sebagai binatang,benda-benda alam, atau benda lainnya.Contoh: Hari, tokoh partai X tidak disukai karena ia sering  menjadi bunglon
c)      Metafora
Majas ini semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung.
Contoh :
- Raja siang telah pergi ke peraduannya.
-  Dewi malam telah keluar dari balik awan.
d)      Simile
Perbandingan dua hal yang sengaja dianggap sama. Perbandingan itu secara eksplisit dijelaskan oleh
pemakaian kata seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, laksana.
Contoh: Wajah ibu dan anak itu bagaikan pinang dibelah dua.
e)      Alegori
Majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan utuh. Perbandingan itu membentuk
kesatuan yang menyeluruh. Contoh: Berhati-hatilah dalam mengemudikan bahtera hidup keluargamu sebab lautan kehidupan ini penuh badai, topan yang ganas, batu karang, dan gelombang yang setiap saat dapat menghancurkan. Oleh karena itu, nahkoda dan para awaknya harus selalu seia sekata dan satu tujuan agar dapat mencapai pantai bahagia dengan selamat.
2)        Majas Pertentangan
a)      Hiperbola
Majas yang memperlihatkan sesuatu yang berlebih- lebihan jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya. Contoh: Tiga tahun telah berlalu sejak meninggalnya kekasihku, namun tak sedetik pun wajahnya hilang dari ingatanku.
b)      Litotes
Majas yang melukiskan keadaan dengan kata-kata yang berlawanan artinya dengan kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri. Contoh: Perjuangan kami hanyalah setitik air dalam samudra luas.
c)      Antitesis
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan kata yang berlawanan arti. Contoh: Gadis yang secantik si Ida dipersunting oleh si Dedi yang  jelek itu.
d)      Paradoks
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu solah- olah bertentangan, padahal maksud sesungguhnya tidak. Contoh: Hatinya sunyi tinggal di kota Jakarta yang ramai.
e)      Okupasi
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan bantahan. Namun bantahan tersebut kemudian diberi penjelasan/diakhiri dengan kesimpulan. Contoh: Merokok itu merusak kesehatan, akan tetapi si perokok tak dapat menghentikan kebiasaannya. Maka muncullah pabrik-pabrik rokok karena untung banyak.
f)       Kontradiksi Internimis
Majas yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang sudah dikatakan sebelumnya. Contoh: Semua murid di kelas ini hadir, kecuali Hasan yang sedang ikut jambore.
3)      Majas Pertautan

a)      Metonimia
Gaya bahasa yang menggunakan nama barang/merk dagang sebagai pengganti barang itu sendiri. Contoh: Kemarin ia memakai Xenia
b)      Sinekdoke
Dapat dibedakan atas:
·         Pars Pro Toto
·         Totem Pro Parte
c)      Eufinisme (ungkapan pelembut)
Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus. Contoh: Para tuna karya perlu perhatian yang serius dari pemerintah
d)      Alusi
Gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh yang telah umum dikenal/ diketahui orang. Contoh: Tugu ini mengenangkan kita kembali ke peristiwa Bandung Selatan.
e)      Elipsis
Gaya bahasa yang di dalamnya terdapat penanggalan atau penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting dari suatu konstruksi sintaksis. Contoh: Dia dan istrinya ke Jakarta minggu lalu.
f)       Autonomasia
Majas perbandingan dengan menyebutkan nama lain terhadap seseorang berdasarkan ciri atau sifat menonjol yang dimilikinnya. Contoh: Si pincang itu ternyata adalah seorang pengusaha kuliner.
4)      Majas Perulangan
a)      Repetisi
Merupakan majas yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali, yang biasanya digunakan dalam pidato. Contoh: Kita junjung dia sebagai pemimpin, kita junjung dia sebagai pelindung rakyat, kita junjung dia sebagai pembebas kita.
b)      Pararelisme
Majas seperti repetisi tetapi dipakai dalam puisi
c)      Kiasmus
Gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus merupakan inversi atau pembalikan susunan antara dua kata dalam satu kalimat. Contoh: Yang kaya merasa dirinya miskin, sedang yang miskin mengaku dirinya kaya.
d)      Aliterasi
Sejenis majas yang memanfaatkan purwakanti atau pemakaian kata-kata yang permulaannya sama bunyinya. Contoh:
-  Dara damba daku
-  Datang dari danau
e)      Antanaklasis
Majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
Contoh: Saya selalu membawa buah tangan kepada buah hati saya.
5)      Majas Sindiran
a)      Ironi
Majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir.
Contoh:
-  O... kamu baru bangun, baru pukul sepuluh pagi.
-  Bersihnya kamar ini, puntung rokok dimana-mana.
b)      Sinisme
Majas sindiran yang agak kasar dibandingkan dengan majas ironi. Contoh: Dengan sifatmu yang malas berusaha semoga kamu mendapatkan pekerjaan yang bagus.
c)      Sarkasme
Majas sindiran yang paling kasar dibandingkan majas ironi dan sinisme. Contoh: Otakmu itu memang sudah bukan otak manusia lagi. Otakmu itu sudah menjadi otak udang.
6)      Majas Penegasan
a)      Pleonasme
Majas yang menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangkan. Contoh: Salju sudah mulai turun ke bawah.
b)      Klimaks
Majas yang menyatakan beberapa hal berturt-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang semakin lama semakin memuncak pengertiannya. Contoh: Semua usia dari anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua memenuhi arena pasar malam itu.
c)      Antiklimaks
Majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang semakin lama semakin menurun pengertiannya. Contoh: Jangankan seribu, seratus, serupiah pun tak ada.
d)      Retoris
Majas penegasan dengan menggunakan kalimat tanya yang jawabannya sudah diketahui. Contoh: Mana mungkin orang mati hidup kembali
e)      Hipalase
Hipalase adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari suatu hubungan antara dua komponen gagasan contoh : Nenek tidur di atas sebuah kasur yang nyenyak ( yang tidur nyenyak adalah nenek bukan kasurnya )
Bahasa  baku dan bahasa  tidak  Baku
 Pengetian kata baku dan tidak baku
Bahasa baku adalah bahasa standar (pokok) yang kebenaran dan ketetapannya telah ditentukan oleh negara. Baku berarti bahasa tersebut tidak dapat berubah setiap saat. Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman. Berdasarkan teori, bahasa baku merupakan bahasa pokok yang menjadi bahasa standar dan acuan yang digunakan sehari-hari dalam masyarakat. Bahasa baku mencakup pemakaian sehari-hari pada bahasa percakapan lisan maupun bahasa tulisan. Tetapi pada penggunaanya bahasa baku lebih sering digunakan pada sistem pendidikan negara, pada urusan resmi pekerjaan, dan juga pada semua konteks resmi. Sementara itu, di dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak orang yang menggunakan bahasa tidak baku dan sesuka hati.
Berdasarkan pengertian di atas, bahasa baku adalah bahasa standar yang benar dan digunakan oleh suatu masyarakat pada suatu negara. Bahasa baku atau standar itu harus diterima dan berterima bagi masyarakat bahasa.
Pengertian Bahasa Tidak Baku
Bahasa nonbaku adalah ragam bahasa yang berkode berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Ragam bahasa nonbaku dipakai pada situasi santai dengan keluarga, teman, di pasar, dan tulisan pribadi buku harian.Ragambahasa nonbaku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan.
1.      Pengertian Bahasa Indonesia Baku dan Tidak
Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang bentuk bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara luas.
Bahasa Indonesia nonbaku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.
2.      Fungsi Bahasa Baku
Menurut Hasan Alwi, dkk (2003:15) bahasa baku mendukung empat fungsi, yaitu:
a.       Fungsi pemersatu. Indonesia terdiri dari beragam suku dan bahasa daerah. Jika setiap masyarakat menggunakan bahasa daerahnya, maka dia tidak dapat berkomunikasi dengan masyarakat dari daerah lain. Fungsi bahasa baku memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu. Dengan demikian, bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bangsa.
b.      Fungsi pemberi kekhasan. Suatu bahasa baku membedakan bahasa itu dari bahasa yang lain. Melalui fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa yang bersangkutan.
c.       Fungsi pembawa kewibawaan. Pemilikan bahasa baku membawa serta wibawa atau prestise. Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha orang mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa baku sendiri. Penutur atau pembicara (masyarakat) yang mahir berbahasa Indonesia dengan baik dan benar memperoleh wibawa di mata orang lain.
Bahasa tidak baku adalah bahasa yang digunakan dalam kehidupan santai (tidak resmi) sehari- hari yang biasanya digunakan pada keluarga, teman, dan di pasar. Fungsi penggunaan bahasa nonbaku adalah untuk mengakrabkan diri dan menciptakan kenyamanan serta kelancaran saat berkomunikasi (berbahasa).
3.      Ciri-ciri Bahasa Baku dan Tidak Baku
a.       Ciri Bahasa Baku
Menurut Hasan Alwi, dkk (2003:14) ciri-ciri bahasa baku terbagi menjadi tiga, yaitu:
a)      Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan
dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat berubah setiap saat.
b)      Memiliki sifat kecendikian. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal.
c)      Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman.
Proses pembakuan sampai taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman variasi bahasa.
b.      Ciri Bahasa Tidak Baku
Bahasa nonbaku juga memiliki ciri khas yaitu:
·         walaupun terkesan berbeda dengan bahasa baku,tetapi memiliki arti yang sama.
·         dapat terpengaruh oleh perkembangan zaman.
·          dapat terpengaruh oleh bahasa asing.
·         digunakan pada situasi santai/tidak resmi

Kosakata baku dan kosakata tidak baku
Kosakata bahasa indonesia adalah semua kata yang terdapat dalam bahasa indonesia, baku dan tidaknya sebuah kata dapat dilihat dari segi :
a.       Baku dari segi lafal
Lafal bahasa baku indonesia adalah lafal yang tidak “menampakan lagi ciri-ciri bahasa daerah dan asing “ contohnya :
Tidak baku              baku
Atep                          atap
Dengen                    dengan
Cuman                       Cuma
b.      Baku dari segi ejaan
Semua kata yang tidak tertulis menurut kaidah yang diatur EYD adalah kata yang tidak baku, yang ditulis sesuai dengan aturan EYD adalah kata yang baku
Contoh :
Tidak baku                            baku
Nasehat                                 nasihat
Kosa kata                              kosakata
c.       Baku dari segi nasional
Kata-kata yang masih bersifat kedaerahan, belum bersifat “nasional” hendaknya jangan digunakan dalam karangan ilmiah Contoh :
Kata tidak baku                                    baku
Ngomong                                              bicara
Ndak,nggak                                          tidak
Banget                                                  sekali,sangat
d.      Kosakata tidak baku yang sering dijumpai
Untuk mengetahui kata yang tidak baku dan baku kita bisa melihatnya di kamus besar bahasa indonesia

Saturday, August 6, 2016

Jurnal Keanekaragaman Alga di Pantai Tanjung Panto

Jurnal Keanekaragaman Alga di Pantai Tanjung Panto

Abstrak
Alga adalah tanaman laut yang di kelompokkan dalam 2 kelompok besar makro alga dan mikro alga, mikro alga (berukuran kecil) tidak dapat dilihat secara kasat mata tetapi hanya boleh dilihat dengan menggunakan alat bantu yaitu mikroskop. Sebaliknya alga makro atau alga yang berukuran besar dapat dilihat langsung (kasat mata). Dengan berbagai jenis alga yang mampu berkembang di daerah laut maka dilakukan Penelitian di Pantai Karang Malang Binuangeun Banten yang bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dari jenis rumput laut atau alga yang mampu berkembang di daerah tersebut, yakni dengan menggunakan metode transek kuadrat meliputi 3 lokasi yaitu: Stasiun I dengn memiliki daerah berpasir, Stasiun II yang memilki daerah batu karang, dan Stasiun III kondisi daerah berpasir dan berkarang, Pengambilan contoh alga pada setiap lokasi dilakukan satu kali pengamatan menggunakan metoda transek kuadrat. Tali transek ditarik tegak lurus dari posisi titik surut terendah ke arah tubir karang, pada statuin I 100 meter, stasiun II 77 meter dan statusin III  66 meter dari bibir pantai.Di dapatkan hasil bahwa  banyaknya  alga dari 3 stasiun didapatkan 15 jenis dari 3 kelompok divisi (Chlorophyta, Pheyophyta, Rhodophyta). Spesies yang keberadaan nya paling melimpah adalah Sargassum longipolium terutama pada stasiun II mempunyai kondisi pantai yang terumbu karang sedikit berpasir hampir di setiap transek. Keanekaragaman Alga di perairan ini bermanfaat untuk keseimbangan ekosistem dan Manusia.
Kata kunci : Keanekaragaman, Alga, Karang Malang Binuangeun 

Abstract
Algae is a plant the sea in grouped in 2 a large group macro algae and micro algae, micro algae ( a small ) cannot be viewed as naked eyes but may only be seen by using the tools that is a microscope, In contrast algae macro scale or algae of large can be seen direct ( naked eyes ). With different types algae that are capable of developing in the region of the then done research in the coral beach poor Binuangeun Banten aimed at to know diversity of a kind of seaweed or algae that are capable of developing in the area, namely by using the method transek square covering 3 locations they are : First station with having sandy areas , station II who have regional the rock , and train stations III regional conditions sandy and the craggy , algae adoption of an example in the area where the held once observation using methods transek squared .A rope transek drawn perpendicular from a position point recede lowest toward tubir coral , in station  I 100 meters , station II 77 meters and station III 66 meters from the beach .In get me the results on that many algae from 3 station or 15 types of of three groups of a division ( chlorophyta , pheyophyta , rhodophyta ) .Species of which the existence of his most abundant is sargassum longipolium especially on station ii have the condition of beaches and coral reefs a little sandy in virtually every transek .Diversity algae these waters beneficial to ecosystem stability and men .

Keywords: diversity,algae,Karang Malang Binuangeun coast.

Bimbingan dan Konseling

1.      PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A.    Pengertian Bimbingan
Secara etimologis, kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance yang mempunyai arti menunjukkan, membimbing,menuntun, ataupun membantu. Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan berarti suatu bantuan atau tuntunan.
Stoops dan Walquist menyatakan bimbingan adalah proses yang terus-menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
Djumhur dan Moh. Surya, (1975:15) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan,baik keluarga,sekolah dan masyarakat.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masadepan”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa bimbingan pada prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri  dengan lingkungan,memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
B.     Pengertian Konseling
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa inggris “to counsel” yang berarti memberi saran dan nasihat.
Menurut Winkel ( 2005:34 ) mendefenisikan konseling sebagai serangkain kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru pembimbing/konselor dengan klien; dengan tujuan agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk

mengembangkan potensi yang dimilki kearah perkembangan yang optimal sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan social.
Bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai seperangkat program pelayanan bantuan yang dilakukan melalui kegiatan perorangan dan kelompok untuk membantu peserta didik melaksanakan kehidupan sehari-hari secara mandiri dan berkembang secara optimal,serta membantu peserta didik menguasai masalah yang dialaminya.


makalah muhammadiyah sebagai gerakan islam yang berwatak tajdid dan tarjih

MAKALAH AIK
“Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam yang berwatak
Tajdid dan tarjih”
Makalah kelompok ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah AIK 3
Dosen  :
H.Entis sutisna m.Ag






Di Susun oleh :
Ulfa Nurajizah
1431011004



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2015-2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam yang Berwatak Tajdid dan tarjih  yang dibimbing oleh bapak H.Entis sutisna m.Ag
Makalah yang ditulis penulis ini berbicara mengenai Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam yang Berwatak Tajdid dan tajdid, Penulis menuliskannya dengan mengambil dari beberapa sumber baik dari buku maupun dari internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber yang ada tersebut.
Penulis berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini. Hingga tersusun makalah yang sampai dihadapan pembaca pada saat ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah yang penulis tulis ini masih banyak kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik.



                                                          Sukabumi,23 November 2015


                                Penulis








i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………i
Daftar Isi………………………………………………………………………….ii
BAB I  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang……………………………………………………………......1
B.     Rumusan Masalah……………………………………………………….........1
C.     Tujuan……………………………………………………………………........1
D.    Mamfaat.............................................................................................................1
BAB II ISI
A.    Pengertian tajdid dan tajrid..........................................................................2
B.     Model tajrid dan tajdid Muhammadiyah......................................................4
C.     Model gerakan keagamaan Muhammadiyah................................................8
D.     Makna gerakan keagamaan Muhammadiyah..............................................9
E.      Gerakan tajdid pada 100 tahun kedua.........................................................10
BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan……………………………………………………………….13
B.       Saran...........................................................................................................13
Daftar Pustaka……………………………………………………………………..14



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Modernitas muhammadiyah lahir sebagai respon atas sejarah, pukan spontanitas. Ketika rakyat tenggelam dalam kemiskinan dan kebodohan semasa rezim kolonial, muhammadiyah lahir dengan banyak respon; pendidikan modern dan mengembangkan spirit PKO ( Pertolongan Kesengsaraan Oemoem) ketika massyarakat teklena dalam tradisional dan pencampuradukan ajaran agama, muhammadiyah memberikan wacana dan spirit baru, tajdid dan purifikasi.
Muhammadiyah sebagai gerakan islam merumuskan gerakan pembaharuannya dalam bentuk purifikasi dan dinamisasi. Purifikasi didasarkan pada sumsi bahwa kemunduran umat islam terjadi karena umat islam tidak mengembangkan aqidah islam yang benar, sehingga harus dilakukan purifikasi dalam bidang aqidah-ibadah dengan teori “ segala sesuatu dalam ibadah madlah dilaksanakan bila ada perintah dalam Al-Qur’an dan Hadist” sedangkan dinamisasi dilakukan dalam bidang muamalah, dengan melakukan gerakan modernisasi sesuai dengan teori “ segala sesuatu boleh dikerjakan selama tak ada larangan dala Al-qur’an dan Hadist”.
Muhammadiyah dalam gerakan pembaharuannya di lakukan bersamaan antara gerakan purifikasi dengan gerakan muamalah. Purifikasi dalam bidang aqidah yang dilakukan oleh muhammadiyah adalah aqidah yang memiliki keterkaitan dengan aspek sosial kemasyarakatan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian tajdid dan tajrid ?
2.      Bagaimana Model tajrid dan tajdid Muhammadiyah
3.      Bagaimana Model gerakan keagamaan Muhammadiyah
4.      Apa Makna gerakan keagamaan Muhammadiyah
5.      Apa Gerakan tajdid pada 100 tahun kedua
C.    Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah
·         Mampu menjelaskan pengertian tajrid dan tajdid
·         Mampu menjelaskan model tajrid dan tajdid Muhammadiyah
·         Mampu memahami model dan makna gerakan keagamaan Muhammadiyah
·         Mampu menjelaskan gerakan tajdid pada 100 tahun kedua

D.    Manfaat
Adapun yang manfaat dari makalah ini yaitu memberikan penjelasan kepada mahasiswa mengenai, tajrid dan tajdid,model tajrid dan tajdid Muhammadiyha,model dan makna gerakan keagamaan Muhammadiyah, Mampu menjelaskan gerakan tajdid pada 100 tahun kedua

BAB II
ISI
A.    Pengertian Tajdid dan Trajih
1.      Pengertian Tajdid
Istilah tajdid berasal dari bahasa Arab yaitu jaddada, yang berarti memperbaharui atau menjadikan baru. Dalam kamus Bahasa Indonesia tajdid berarti pembaruan, modernisasi atau restorasi.
Secara bahasa (etimologi) tajdid memiliki makna pembaharuan dan pelakunya disebut mujaddid (pembaharu). Sedangkan dalam pengertian istilah (terminology), tajdid berarti pembaharuan terhadap kehidupan keagamaan, baik dalam bentuk pemikiran ataupun gerakan, sebagai respon atau reaksi atas tantangan baik internal maupun eksternal yang menyangkut keyakinan dan sosial umat (Ibnu Salim dkk: 1998:1).
Dalam pengertian lain, tajdid adalah upaya untuk memperbaharui interpretasi-interpretasi atau pendapat-pendapat ulama terdahulu terhadap ajaran-ajaran dasar Islam, atas dasar bahwa ajaran tersebut sedah tidak relevan dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Oleh karena itu, tajdid adalah usaha yang kontinyu dan dinamis, sebab selalu berhadapan dan beinteraksi dengan historisitas kehidupan manusia.
Dalam konteks Muhammadiyah, tajdid bertujuan untuk menghidupkan kembali ajaran al-Qur'an dan Sunnah dan memerintahkan kaum muslimin untuk kembali kepadanya. Adapun yang masih merupakan rumpun tajdid dalam perspektif Muhammadiyah adalah seperti diurakan oleh beberapa tokoh Muhammadiyah sebagai berikut: Pertama, K.H. Azhar basyir menyebutkan bahwa Muhammadiyah bertujuan memurnikan ajaran al-Qur'an dan Sunnah dari praktek-praktek takhayul, bid’ah dan khurafat yang dianggap syirik.
Dengan kata lain, Muhammadiyah berkepentingan mengusung Islam murni (Lihat Azhar Basyir: 1993: 255-257). Kedua Syafi’i Ma’arif menyebutkan bahwa Muhammadiyah mentahbihkan dirinya sebagai gerakan non-mazhab, dinamisasi di tengah-tengah arus utama umat Islam yang terkungkung dalam belenggu mazhab (Syafi’i Ma’arif 1997: 133). Dan Ketiga, K. H. Suja inti dari pendirian Muhammadiyah sebagai jawaban terhadap surat al-Maun yang dikaitkan dengan pembebasan kaum tertindas. (Q.S. Al-Anfal: 24) (Sukrianto AR 1990: 43)
Apa yang dimaksud dengan tajdîd dalam Muhammadiyah dan bagaimana perkembangannya selama satu abad pertama? Kedua persoalan ini perlu dianalisis berdasarkan periodesasi dan kurun waktu yang telah ada. Secara garis besar, perkembangan tajdid dalam Muhammadiyah dapat dibedakan menjadi tiga pase, yakni pase aksi-reaksi, konsepsionalisasi dan pase rekonstruksi. Ketika Muhammadiyah didirikan, para tokoh Muhammadiyah, termasuk K.H. Ahmad Dahlan, belum memikirkan landasan konseosional dan teoritis tentang apa yang akan dilakukannya. Yang terjadi adalah, upaya mereka untuk secara praktis dan pragmatis menyebarkan ajaran Islam yang baik dan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Konsentrasi mereka difokuskan pada bagaimana praktek keagamaan yang dilakukan masyarakat waktu itu disesuaikan dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah di satu sisi, tapi juga memperhatikan tradisi agama lain, khususnya kristen, yang kebetulan disebarkan oleh penjajah negeri iniAdapun rumusan tajdîd yang resmi dari Muhammadiyah itu adalah sebagai berikut:
Dari segi bahasa, tajdid berarti pembaharuan, dan dari segi istilah, tajdîd memiliki dua arti, yakni:  a. pemurnian;  b. peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yang semakna dengannya.
Dalam arti “pemurnian” tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shohihah. Dalam arti “peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yang semakna dengannya”, tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran, pengamalan, dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh kepada al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah.
Untuk melaksanakan tajdid dalam kedua pengertian istilah tersebut, diperlukan aktualisasi akal pikiran yang cerdas dan fitri, serta akal budi yang bersih, yang dijiwai oleh ajaran Islam. Menurut Persyarikatan Muhammadiyah, tajdid merupakan salah satu watak dari ajaran Islam.
Yang diperbaharui adalah hasil pemikiran atau pendapat, dan bukan memperbarui atau mengubah apa yang terdapat dalam al-Qur”an maupun al-Hadis. Dengan kata lain, yang diubah atau diperbarui adalah hasil pemahaman terhadap al-Qur’an dan al-Hadis tersebut.

2.      Pengertian Tarjih

Tarjih berasal dari kata “ rojjaha – yurajjihu- tarjihan “, yang berarti mengambil sesuatu yang lebih kuat. menurut istilah ahli ushul fiqh adalah : Usaha yang dilakukan oleh mujtahid untuk mengemukakan satu antara dua jalan ( dua dalil ) yang saling bertentangan , karena mempunyai kelebihan yang lebih kuat dari yang lainnya “
Tarjih dalam istilah persyarikatan ,sebagaimana terdapat uraian singkat mengenai “ Matan Keyakinan dan Cita-cita hidup Muhamadiyah “ adalah membanding-banding pendapat dalam musyawarah dan kemudian mengambil mana yang mempunyai alasan yang lebih kuat .
Tarjih secara etimologi berarti menguatkan. Konsep tarjih muncul ketika terjadinya pertentangan secara lahir antara satu satu dalil dengan dalil lainnya yang sederajat dan tidak bisa diselesaikan dengan cara al –jam’u wat taufiq. Dalil yang dikuatkan disebut rajih, sedangkan dalil yang dilemahkan disebut dengan marjuh..
Dari pengertian di atas maka unsur-unsur yang ada dalam tarjih adalah :
a.    Adanya dua dalil
b.   Adanya sesuatu yang menjadikan salah satu itu lebih utama dari yang lain.
Tarjih bergerak dalam bidang pemurnian atau purifikasi. Sedangkan, tajdid adalah reform atau pembaruan. Keduanya (tarjih dan tajdid), ibarat dua sisi mata uang yang saling membutuhkan dan tak mungkin dipisahkan.Jika dilihat secara umum, tarjih lebih bersifat masa lampau, sedangkan tajdid untuk masa depan.
B.     Model Tajdid dan Tajrih muhammadiyyah

1.      Model tajdid muhammadiyah

Pertama; kongkrit dan produktif, yaitu melalui amal usaha yang didirikan, hasilnya kongkrit dapat dirasakan  dan dimanfaatkan oleh umat Islam, bangsa Indonesia dan umat manusia di seluruh dunia. Suburnya amal saleh di lingkungan aktivis Muhammadiyah ditujukan kepada komunitas Muhammadiyah, bangsa dan kepada seluruh umat manusia di dunia dalam rangka rahmatan lil alamin.
Kedua; tajdid Muhammadiyah bersifat terbuka. Maksud dari keterbukaan tersebut, Muhammadiyah mampu mengantisipasi perubahan dan kemajuan di sekitar kita. Dari sekian amal usahanya, rumah sakitnya misalnya, dapat dimasuki dan dimanfaatkan oleh siapapun. Sekolah sampai kampusnya boleh dimasuki dan dimanfaatkan oleh siapa saja. Kalau Muhammadiyah mendirikan lembaga ekonomi dan usaha atau jasa, maka yang menjadi nasabah, partner dan komsumennya pun bisa siapa saja yang membutuhkan.
Ketiga; tajdid Muhammadiyah sangat fungsional dan selaras dengan cita-cita Muhammadiyah untuk menjadikan Islam itu, sebagai agama yang berkemajuan, juga Islam yang berkebajikan yang senantiasa hadir sebagai pemecah masalah-masalah (problem solv), temasuk masalah kesehatan,pendidikan, dan masalah sosial ekonomi.
Dengan Demikian model Tajdid  dibagi dalam tiga bidang, yaitu :
1)      Bidang keagamaan
Pembaharuan dalam bidang keagamaan adalah penemuan kembali ajaran atau prinsip dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu lingkungan situasi dan kondisi mungkin menyebabkan dasar-dasar tersebut kurang jelas dan tertutup oleh kebiasan dan pemikiran tambahan lain.
Pembaharuan dalam bidang kaagamaan adalah memurnikan kembali atau mengembalikan kepada aslinya, oleh karena itu dalam pelaksanaan agama baik yang menyangkut akidah atau pun ibadah harus sesuai dengan aslinya, yang sebagai mana diperintahkan dalam Al-Qur’an dan as sunah.
Dalam masalah akidah muhammadiyah bekerja untuk tegaknya akidah islam yang murni, bersih dari gejala kemusyrikan, bid’ah dan curafat tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut islam. Sedangkan dalam ibadah, muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah tersebut sebagaimana yang dituntunkan Rasullah tanpa perubahan dan tambahan dari manusia. Usaha permurnian yang dilakukan muhamaadiyah terhadap keadaan keagamaan yang tampak dari serapan berbagai unsur kebudayaan yang ada di indonesia yaitu
Penentuan arah kiblat dalam sholat, yang sebelumnya mengarah tepat ke arah barat.
2.      Bidang pendidikan
Dalam bidang ini Muhammadiyah mempelopori dan meyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan inovasi yang lebih nyata. Bagi Muhammdiyah pendidikan memiliki arti yang penting dalam penyebaran ajaran islam, karena melalui bidang pendidikan pemahaman tentang islam dapat diwariskan dan ditanamkan dari generasi kegenerasi.
Pembaharuan dari segi pendidikan memiliki dua segi yaitu
a.       Segi cita-cita
Dari segi ini ingin membentuk manusia muslim yang baik budi, alim dalam agama, luas dalam pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, dan bersidia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.
b.      Segi teknik pengajaran
Dari segi ini lebih banyak berhubungan dengan cara penyelenggaraan pengajaran. Dengan mengambil unsur-unsur yang baik dari sistem pendidikan barat dan sistem pendidikan tradisonal, muhammadiyah berhasil membangun sistem pendidikan sendiri. Seperti sekolah model barat yang dimasukkan pelajaran agama didalamnya, sekolah agama dengan menyertakan perlajaran umum.
Selain pembaharuan dalam pendidikan formal, Muhammadiyah juga telah mempebaharui pendidika tradisional non formal yaitu pengajian. Dimana yang semula pengajarnya hanya mengajar ngaji dan ibadah oleh muhammadiyah diperluas dan pengajian di sistematiskan dan diarahkan pada masalah kehidupan sehari-hari.
Begitupula muhammadiyah telah mewujudkan bidang bimbingaan dan penyuluhan agama dalam masalah-masalah yang diperlukan dan mungkin bersifat pribadi.

3.      Bidang sosial masyarakat
Muhammadiyah merintis bidang sosial kemasyarakatan dengan mendirikan rumah sakit, piklinik, panti auhan, rumah singgah, panti jompo, Pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), posyandu lansia yang dikelola melalui amal usahanya dan bukan secara individual sebagai mana dilakukan orang pada umumnya. Usaha pembaharuan dalam bidang sosial kemasyarakatan ditandai dengan didirikannya Pertolongan Kesengsaraan Oemoen (PKO)di tahun 1923. Perhatian terhadap kesengsaraan orang lain merupakan kewajiban orang muslim, sebagai perwujudan tuntunan agama yang jelas untuk ber amal ma’ruf dan juga sebagai bentuk pengamalan firman Allah dalam surat Al-ma;un 107: 1-7
Yang artinya
“ Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama, itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makanan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,(yaitu) orang yang lalai dari sholatnya, orang-orang berbuat riya dan enggan(menolong dengan) barang berguna.”.
2)      Model Tarjih Muhammadiyah

a.       Al-Tarjih Baina al-Nusush
             Al-tarjih baina al-nusush, atau menguatkan salah satu nash (ayat atau hadith)yang saling bertentangan. Untuk mengetahui kuatnya salah satu nash yang saling bertentangan, ada beberapa cara yang dikemukakan para ulama usul fiqh, yaitu
a)      Dari Segi Sanad ( Para Perawi Hadith)
Imam al-Syawkany ( 1172-1250 H/ 1759-1828 M) berpendapat bahwa pentarjihan dapat dilakukan dengan 42 cara, yang di antaranya dikelompokkan kepada:
·         Menguatkan salah satu nash dari segi sanadnya.
Cara ini antara lain dengan meneliti kuantitas perawi hadith. Jumhur ulama hadith yang sanadnya lebih banyak ditarjihkan dari hadith yang sanadnya lebih sedikit. Karena kemungkinan terjadinya kesalahan dalam suatu hadith yang diriwayatkan oleh banyak perawi sangat kecil.
·         Pentarjihan dengan melihat riwayat itu sendiri.
Yaitu hadith Mutawatir dikuatkan dari hadith Masyhur atau menguatkan hadith Masyhur  daripada hadith Ahad. Bisa juga dilakukan dengan cara melihat persambungan sanadnya, yaitu mentarjih hadith yang sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah SAW dari hadith yang sanadnya terputus.
·         Pentarjihan melalui cara menerima hadith dari Rasulullah SAW.
Yaitu menguatkan hadith yang langsung didengar dari Nabi SAW dari pada hadith yang didengar melalui perantaraan orang lain atau tulisan. Dirajihkan juga riwayat yang memakai lafal langsung dari Nabi SAW yang menunjukkan kata kerja, seperti kata naha (melarang), amara (memerintahkan), dan adzina (mengizinkan), daripada riwayat yang lainnya
b)      Dari Segi Matan
Yang dimaksud dengan matan di sini adalah teks ayat, hadith, atau ijma`. Imam al-Amidi ahli ushul fiqh mazhab Syafi`i (551-631 H/ 1156-1233 M), mengemukakan 51 cara dalam pentarjihan dari segi matan, di antaranya adalah:
·         Teks yang mengandung larangan diutamakan daripada teks yang mengandung perintah, karena menolak kemudharatan lebih utama daripada mengambil manfaat.
·         Teks yang mangandung perintah didahulukan daripada teks yang mengandung kebolehan karena melaksanakan perintah berarti sekaligus kebolehan sudah tercakup di dalamnya.
·          Makna hakikat suatu lafaz lebih didahulukan darpada makna majaz.
·          Dalil Khusus lebih didahulukan dari dalil umum.
·          Teks umum yang belum ditakhsis lebih didahulukan daripada teks umum yang telah ditakhsis.
c)      Dari Segi Hukum atau Kandungan Hukum
Cara pentarjihan melalui metode ini, Imam al-Amidi mengemukakan ada 11 cara, sedangkan Muhammad ibn Ali al-Syawkani menyederhanakannya menjadi 9 cara, di antaranya sebagai berikut:
·         Teks yang mengandung bahaya Jumhur lebih didahulukan dari teks yang membolehkan. Alasannya hadith Rasulullah SAW:
Artinya: "Tidaklah berkumpul antara yang halal dengan yang haram, kecuali   yang haram lebih dominan". (HR. Al-Baihaqy).
·         Suatu teks yang mengandung hukum menetapkan, sedangkan yang lain meniadakan, maka dalam hal  seperti ini terjadi perbedaan pendapat ulama. Misalnya Ibn `Abbas meriwayatkan sebuah hadith bahwa Rasulullah SAW mengawini Maimunah dalam keadaan ihram sebagaimana hadith berikut ini:
Artinya: " Sesungguhnya Nabi SAW mengawini Maimunah binti al-Harith sewaktu beliau sedang ihram". (HR.Bukhari dan Muslim).
d)     Pentarjihan dengan Menggunakan Faktor (dalil) Lain di Luar Nash (amr al-Kharij).
Al-Amidi mengemukakan lima belas cara pentarjihan dengan menggunakan faktor di luar nash. Dan Imam al-Syawkani meringkasnya menjadi sepuluh cara, di antaranya:
·         Mendahulukan salah satu dalil yang mendapatkan dukungan dari dalil lain, baik dalil itu al-Qur`an, Sunnah, ijma`, maupun logika.
·          Mendahulukan salah satu dalil yang didukung oleh amalan ahli Madinah, karena mereka lebih mengetahui persoalan turunnya al-Qur`an dan penafsirannya serta adanya anjuran Rasulullah SAW untuk mengikuti mereka.
·           Mendahulukan nash yang menyebutkan `illat (motivasi) hukumnya daripada nash yang tidak menyebutkan `illatnya.
·         Mendahulukan dalil yang mengandung kehati-hatian (ihtiyath) daripada dalil yang tidak menyebutkan demikian.
·         Mendahulukan dalil yang dibarengi dengan perbuatan atau perkataan perawinya dari dalil yang tidak demikian halnya.
b.      Tarjih Bain al-Aqyisah
Ta`arudh dengan segala macam cara penyelesaiannya tersebut di atas adalah bertentangan antara dua dalil syara` yang berupa nash. Di samping itu ada ta`arudh yang terjadi antara dua dalil syara` yang bukan nash  yaitu ta`arudh antara qiyas dengan qiyas. Muhammad bin `Ali al-Syawkani mengemukakan tujuh belas macam pentarjihan dalam persoalan qiyas yang saling bertentangan (ta`arudh). Ketujuh belas macam pentarjihan tersebut dikelompokkan oleh Wahbah al-Zuhaily (guru besar fikih Islam/usul Fiqh di Universitas Damaskus, Suriah) menjadi empat kelompok, yaitu
a)      Tarjih dari Segi Hukum Asal.
b)      Tarjih dari Segi Hukum Furu`
c)      Tarjih dari Segi `Illat.
d)     Tarjih Qiyas Melalui Faktor Luar.

C.    Model gerakan keagamaan Muhammadiyah

Seperti yang dituliskan di awal bahwa dalam konstitusi Muhammadiyah, terdapat tiga model gerakan yang mewujud menjadi modal gerakan yaitu: Pertama: Muhammadiyah sebagai gerakan Islam. Kedua: sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, dan ketiga: Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid.

Pada dasarnya, Muhamadiyah telah menggagas mengenai penguatan basis gerakan, sejak awal berdirinya. Bahkan dalam Muktamar pada tahun 1970-an telah diputuskan untuk menggalang jama’ah dan dakwah jamaah (GJDJ). Hanya saja, gagasan tersebut belum ter-implementasi secara maksimal dalam aktivistas gerakan organisasi.
Kesadaran yang sama muncul pada Muktamar ke 46 Yogyakarta dengan adanya program revitalisasi cabang dan ranting serta pembentukan Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR), sebagai respons atas kondisi global dan tantangan yang dihadapi.

Kesadaran untuk memperhatikan masyarakat di akar rumput merupakan kelanjutan dari spirit perubahan formasi sosial dengan terlibat dalam penguatan kesadaran sosial, politik, ekonomi dan ideologi, -kini terkooptasi oleh kecenderungan kapitalistik, birokrasi, politisasi yang berlangsung secara massif pasca Orde Baru. Dan terakhir, beberapa dekade yang lalu, telah di rumuskan pembinaan Jamaah, keluarga sakinah, dan qaryah thoyyibah untuk memperkuat basis gerakan.
1.      Gerakan Jamaah dan Dakwah (GDJD)
Esensi GDJD adalah penguatan kesadaran jamaah dan kepedulian mereka terhadap lingkungan sosialnya. Definisi sederhana tentang jamaah adalah kumpulan keluarga muslim yang berada dalam suatu lingkungan tempat tinggal. Ajakan warga aktif merupakan landasan gerakan Muhammadiyah yang menuntut adanya komunitas yang solid dan terorganisir untuk memperjuangkan tegaknya kebaikan menentang segala macam keburukan. Orientasi dari gerakan ini adalah membangun basis kehidupan dakwah bil halal di bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan kesehatan.
KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah dan beberapa sahabatnya sangat peduli terhadap pembinaan jamaah. Beliau melakukan perjalanan keliling Jawa untuk melakukan pembinaan hingga ke Banyuwangi, Jakarta dan Jawa Tengah. Itu artinya, penguatan jamaah sudah menjadi platform dari berdiri dan pengembangan gerakan Muhamaadiyah.
2.      Langkah Penguatan Jama’ah

Langkah pemberdayaan melalui penguatan institusi cabang dan ranting akan memberi kontribusi bagi penguatan kohesi sosial /solidaritas antar warga di tengah meluasnya paham-paham radikal yang cenderung anarkis belakangan ini. Ledakan bom di Pesantren Umar Bin Khattab Bima NTB, dapat menjadi bukti betapa rapuhnya kohesi sosial warga. Komunitas kecil jauh di Bima saja, terdapat tindakan kekerasan terhadap ummat Islam. oleh karena itu, memperkuat kembali identitas lokal melalui gerakan jamaah, dipandang perlu dalam kerangka penguatan potensi dan basis gerakan untuk hal-hal yang produktif.
Langkah yang dapat dilakukan untuk menggiatkan cabang dan ranting Muhammadiyah melalui gerakan jamaah dan dakwah jamaah antara lain:
·         Melakukan assesment awal mengenai kehidupan keagamaan di desa atau komunitas atau ranting
·         Memantapkan konsep dakwah jamaah yang akan dipergunakan agar sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat basis
·         Melakukan sosialisasi dan pelatihan bagi para fasilitator yang akan menggerakkan cabang dan ranting
·         Melakukan pendampingan dakwah jamaah
·         Memantapkan organisasi gerakan di akar rumput (pimpinan ranting) sebagai ujung tombak gerakan dakwah jamaah

Untuk mensinergiskan langkah-langkah diatas, diperlukan adanya keterlibatan berbagai lembaga amal Muhammadiyah, seperti: sekolah, rumah sakit ataupun masjid dari seluruh daerah di Indonesia. Pelibatan lembaga amal itu dalam mempercepat proses pengembangan cabang dan ranting sebagai sentral untuk mengembangkan Muhammadiyah sebagai organisasi yang bercorak community based. Agar nantinya tidak hanya memperkuat infrastruktur Muhammadiyah, tetapi juga memperkuat infrastruktur masyarakat, sehingga terbentuk masyarakat khairah ummah sebagaimana cita-cita Muhammadiyah.

D.    Makna gerakan keagamaan Muhammadiyah

Secara harfiah ada perbedaan antara kata “gerak, “gerakan”, maupun “pergerakan”. Gerak adalah perubahan sesuatu materi dari tempat yang satu ke tempat lainnya[2], gerakan adalah perbuatan atau keadaan bergerak, sedangkan pergerakan adalah usaha atau kegiatan. Pergerakan identik dengan kegiatan dalam ranah sosial. Dengan demikian, kata gerakan atau pergerakan mengandung arti, unsur, dan esensi yang dinamis tidak statis.
Muhammadiyah merupakan organisasi pergerakan. Kader muhammadiyah di tuntut untuk selalu bergerak dalam menyebar syariat islam yang terinspirasi dari surat Al-Imran ayat 104.
Muhammadiyah bukanlah gerakan sosial-keagamaan yang biasa. Tetapi sebagai gerakan Islam, pergerakan organisasi terkait erat dengan perkembangan agama Islam di Nusantara. Tidak hanya bergerak, karena setiap dakwah yang disampaikan dan disebarkan harus berdasarkan bingkai petunjuk ajaran agama Islam: Islam tidak terbangun sebagai asas formal (teks), tetapi menjiwai, melandasi, mendasari, mengkerangkai, memengaruhi, menggerakan dan menjadi pusat orientasi dan tujuan. Tidak sekadar meng-Islam KTP, menjadikannya slogan dan simbolik belaka, tetapi menjadikannya jalan dan ruh kehidupan.

Inilah Islam yang modern, Islam yang melintasi batas-batas kaku tradisional dan budaya, Islam yang senantiasa melangkah maju ke depan. Sebagaimana semangat dasar gerakan Muhammadiyah dalam menyebarkan panji-panji agama Islam dan  menghadapi pergolakan arah global dunia.
Oleh karena itu, aktor-aktor gerakan dakwah wajib masuk dalam lingkaran organisasi agar dapat terorganisir dan memiliki power yang kuat. Sehingga, kelelahan dan keteteran dalam menyebarkan nilai-nilai ke-Islam-an dapat teratasi sejak dini dan secara organisatoris. Dalam hal ini, para pendahulu Muhammadiyah memaknainya dengan kaidah fiqhiyah “ma layatim al-wajib Illa bihi da huma wajib.” Artinya: organisasi menjadi wajib adanya, karena keniscayaan dakwah memerlukan perangkat-perangkat organisasi
Di sisi lain: Muhammadiyah bertujuan untuk mencetak ummat terbaik atau ummat yang unggul. Sebagaimana pokok pikiran keenam Anggaran Dasar Muhammadiyah. Disebutkan bahwa: “organisasi adalah satu-satunya alat atau cara perjuangan yang sebaik-baiknya.”
 Ciri-cirinya adalah: a) Muhammadiyah adalah subjek atau pemimpin, dan masyarakat semuanya adalah objek atau yang dipimpinnya; b) Lincah (dinamis), maju (progresif), selalu dimuka dan militan; c) Revolusioner; d) Mempunyai pemimpin yang kuat, cakap, tegas dan berwibawa; dan e) Mempunyai organisasi yang susunannya lengkap dan selalu tepat atau up to date (PP Muhammadiyah, Manhaj Gerakan Muhammadiyah, 2000; 19-30).

E.     Gerakan Tajdid Pada 100 Tahun Kedua

        Tajdid merupakan proses yang tidak pernah berhenti. Ia akan tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan manusia. Dalam ranah agama, tajdid dimaknai sebagai upaya untuk redefinisi makna di tengah-tengah kehidupan manusia yang progresif Islam seringkali dimaknai penganutnya sebagai agama yang “rahmatan lil alamin”, agama yang senantiasa sesuai di setiap tempat dan zaman. Untuk mengejawantahkannya, seringkali dihadapkan pada dilema antara normativitas teks dengan realitas sosial. Dalam menghadapi dilema ini, maka yang harus diubah adalah cara pandang terhadap teks al-Qur’an dan al-Sunnah. Amin Rais menyebut tajdid dilakukan secara konprehensif yang mengarah kepada future oriented. (Amin Rais, Visi dan Misi Muhammadiyah, 1998: 10).
         Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid menggunakan tiga paradigma dalam membaca teks yakni bayani, burhani, dan irfani. Ketiga paradigma ini diharapkan mampu menjawab dilema antar teks dan konteks sehingga menghasilkan Islam yang rahmatan lil alamin.
       Pengetahuan dan peradaban manusia senantiasa berubah dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Sebagai bagian dari narasi besar ilmu pengetahuan, ilmu-ilmu keislaman pun  mengalami pergeseran paradigmatik. Hal ini terjadi karena ilmu-ilmu yang lahir tidak lepas dari bingkai sosial yang mengkonstruk realitas. Bingkai sosial inilah yang selalu mengalami perubahan seiring dengan pperkembangan peradaban manusia. Oleh karena itu, pergeseran paradigma merupakan tuntutan sejarah.
        Perkembangan peradaban manusia kini sampai pada era pluralisme dan multikulturalisme. Agama-agama yang selama ini mapan dengan dirinya, ternyata mengalami problematika ketika berhadapan dengan realitas luar yang makin kompleks dan plural. Untuk itu, maka, harus ada redefinisi terhadap makna dan orientasi agama, sehingga agama senantiasa relevan dengan peradaban manusia.
      Tantangan selanjutnya datang dari ranah budaya atau kultur sosial masyarakat lokal. Agama sebagai sistem nilai, norma dan ajaran yang dominan, berhadapan dengan sistem nilai yang datang dari tradisi atau adat masyarakat setempat. Sistem nilai itu lahir dari kearifan lokal yang secara turun temurun dipegang oleh sebuah masyarakat sebagai suatu ajaran yang harus dijunjung tinggi. Dialektika antara agama dan budaya (kearifan) lokal ini juga sering memicu ketegangan, konflik dan perpecahan.
        Muhammadiyah 100 tahun kedua, meninjau ulang paradigma yang selama ini dipegang merupakan suatu keharusan. Misalnya, sikap Muhammadiyah terhadap persoalan budaya lebih bersifat monolitik. Kecendrungan ini bisa dilihat dari identitas yang melekat dalam Muhammadiyah yakni gerakan Islam yang murni, di samping sebagai gerakan modernisme.
         Muhammadiyah 100 tahun kedua, diharapkan mampu melangkah dengan pandangan dan strategi yang lebih tepat sasaran dan mencapai keberhasilan dalam mewujudkan visi dan tujuannya, baik tujuan jangka menengah dan jangka panjang, maupun tujuan ideal yakni terbentuknya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
      Untuk mencapai tujuan yang ideal ini, diperlukan transformasi baru dalam aktualisasi gerakannya di berbagai bidang kehidupan. Disinilah pentingnya aktualisasi ideologi medernisme-reformasi Islam dalam gerakan dakwah dan tajdid gelombang kedua yang diperlukan Muhammadiyah. melalui potensi dan modal sebagai gerakan pencerahan, Muhammadiyah diharapkan terus berkiprah untuk pencerahan dan kemajuan bangsa, serta mampu menjadikan gerakan Islam kosmopolitan yang membawa Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
      Selain transformasi dalam aktualisasi gerakan, juga transformasi di bidang pemikiran, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan usaha-usaha lain yang bersifat unggul dan terobosan, Muhammadiyah dituntut untuk terus berkiprah dengan inovatif. Dengan demikian transformasi dakwah dan tajdid, yakni melakukan perubahan-perubahan pandangan dan strategi dakwah dan tajdid lebih mendasar sebagai alternatif. Benni Setiawan, www.muhammadiyahstudies.blog)
       Sejumlah tawaran bagi Muhammadiyah dalam melakukan reorientasi terhadap gerakan tajdid yang diperankannya. Jalaluddin Rahmat pernah menawarkan formulasi Tauhid Sosial sebagaimana gagasan Dr. M. Amien Rais sebagai blueprint (cetak biru) tajdid Muhammadiyah jilid dua. Ahmad Syafii Maarif menawarkan Muhammadiyah sebagai gerakan ilmu untuk melangkah ke depan di tengah pergulatan pemikiran Islam dan tantangan besar yang demikian kompleks saat ini.
      Nurcholish Madjid secara isyarat memberikan catatan agar gerakan-gerakan Islam modernis seperti Muhammadiyah memperkaya khazanah keilmuan dan pemikiran agar “kunci” metodologis yang selama ini kuat dimiliki dilengkapi dengan kekayaan materi pemikiran baik yang bersifat pemikiran Islam klasik maupun kontemporer.
      Tawaran-tawaran pemikiran tersebut berangkat dari penilaian bahwa gerakan Islam modern seperti Muhammadiyah selama ini cenderung terlalu ad-hoc, kaya amal tetapi kering pemikiran, dan kehilangan daya transformasionalnya di tengah perubahan dan perkembangan zaman yang sarat kompleksitas masalah dan tantangan sebagaimana kritik kaum noemodernisme terhadap modernisme.
       Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid, M. Syamsul Anwar juga memberikan tawaran bahwa kini tajdid Muhammadiyah memerlukan pengembangan dari paradigma tajdid juz’i-‘alami (pembaruan praksis amaliah) ke tajdid usuli-nazari (pembaruan pemikiran yang lebih mendasar).Dalam konteks ini secara sistemik tentu saja keseluruhan pengembangan pemikiran tajdid itu berada dalam bingkai dan legalitas organisasi, bukan bersifat perseorangan kecuali untuk wacana dan pengembangan wawasan pemikiran.
        Tajdid Muhammadiyah bersifat jama’iy atau kolektif, tetapi tentu saja memerlukan etos ijtihad dan sistem yang lebih dinamis agar tidak mengalami kelambanan dan tidak terperangkap pada posisi statis. Sedangkan berbagai variasi dan pengembangan wacana pemikiran sebaiknya diberi ruang yang lebih longgar agar tradisi pemikiran terus berkembang, tentu saja disertai sikap tasamuh dan memiliki pertanggungjawaban intelektual yang tinggi.
       Keberhasilan Muhammadiyah melangkah melintasi zaman menuju 100 tahun kedua, karena potensi dan modal dasar yang dimiliki sebagai gerakan pencerahan. Melalui gerakan pencerahan yang membawa misi dakwah dan tajdid yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan di tengah dinamika abad modern yang sarat tantangan.




















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat difahami, bahwa tajdid dalam Muhammadiyah mengalami perubahan yang sangat berarti. Tajdid dalam Muhammadiyah  pada tataran praktis dan gerakan aksi yang mengarah pada pemurnian akidah dan ibadah, sebagai reaksi terhadap penyimpangan yang dilakukan oleh umat Islam.
Model model Tajdid dalam Muhammadiyah digolongkan dalam tiga bidang diantaranya (a) bidang keagarmaan yaitu Pembaharuan dalam bidang keagamaan adalah penemuan kembali ajaran atau prinsip dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu lingkungan situasi dan kondisi mungkin menyebabkan dasar-dasar tersebut kurang jelas dan tertutup oleh kebiasan dan pemikiran tambahan lain. (b) bidang pendidikan yaitu Muhammadiyah mempelopori dan meyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan inovasi yang lebih nyata dimana bidang pendidikan dipandang sangat penting dalam penyebaran ajaran agama islam. (c) bidang sosial masyarakat Muhammadiyah merintis bidang sosial kemasyarakatan dengan mendirikan rumah sakit, piklinik, panti auhan, rumah singgah, panti jompo, Pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), posyandu lansia yang dikelola melalui amal usahanya dan bukan secara individual sebagai mana dilakukan orang pada umumnya.
B.     Saran
Tajdid atau pembaharuan dalam Islam khususnya dalam Muhammadiyah memang perlu terus dilakukan oleh kader–kader Muhammadiyah. Hal ini untuk melindungi ajaran–ajaran agama yang semakin hari luntur oleh fenomena modern yang berkembang di masyarakat. Pola kehidupan masyarakat modern yang memiliki budaya baru yang lebih bebas cenderung melupakan ajaran – ajaran agama yang  sebenarnya.











DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohman, Asjmuni, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, Metodologi dan Aplikasi,( Jokyakarta : Pustaka Pelajar, 2002, Cet I )
Badan pendidikan Kader PP. Muhammadiyah, Materi Induk Perkaderan Muhammadiyah, ( Jogyakarta : BPK PP.Muhammadiyah,Oktober 1994, Cet I )
§ Majlis Tarjih Dan Pengembangan Pemikiran Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Buku Panduan Munas Tarjih ke 26 , (Jokyakarta : MTPPI PP Muhammadiyah, 2003)
Wikepedia,arti tajdid secara harfiah:id.wikepedia.org/tajdid


PELATIHAN MEDIA PEMBELAJARAN ONLINE GRATIS SETIAP BULAN

  PELATIHAN MEDIA PEMBELAJARAN ONLINE GRATIS SETIAP BULAN   SUDAH 8000 lebih Calon Guru, Guru, Mahasiswa dan dosen  DI SELURUH NUSANTARA TEL...