LAPORAN STUDY TOUR TO JOGJAKARTA
DISUSUN OLEH
Ulfa nurajizah
rista novel
ricka widya
lisna khalifah
nurranisa anggraeni
kelas : XI ipa 4
SMAN NEGERI 1 PELABUHANRATU
DISUSUN OLEH
Ulfa nurajizah
rista novel
ricka widya
lisna khalifah
nurranisa anggraeni
kelas : XI ipa 4
SMAN NEGERI 1 PELABUHANRATU
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan YME yang telah memberi anugerah yang tak ternilai harganya berupa
kesehatan dan kekuatan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini
tepat pada waktunya. Karya tulis ini penulis ajukan sebagai hasil kreativitas
siswa dalam pembuatan karya ilmiah
berdasarkan objek yang diamati
Didalam penulisan karya
tulis, penulis telah banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan pengarahan.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs
Hery Rusly Hernawan, selaku kepala sekolah SMA N 1 Pelabuhanratu.
2. Bapak
Ujang ridwan Selaku guru pembimbing.
3.
Rekan-rekan sekelompok yang telah bekerjasama dengan baik.
Makalah ini disusun
agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Yogyakarta dan tempat-tempat
bersejarahnya, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
dan melihat secara langsung ke tempat tujuan.
Makalah ini di susun
oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang Yogyakarta dan tempat bersejarahnya. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis
ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Amin !
Palabuhanratu,
08 Maret 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ...................................................................... 1
C. Manfaat Penelitian .................................................................. 1
D.
Waktu Dan Tempat Penelitian .................................................. 1
BAB II OBJEK YANG
DIKUNJUNGI
A.
Keraton
Yogyakarta......................................................................... 2
B.
Taman Pintar .................................................................................. 9
C.
Candi Prambanan........................................................................... . 11
D.
Monumen Yogya Kembali ....................... ....................................... 12
E.
Candi
Prambanan............................................................................ 15
BAB
III HASIL PENELITIAN
A.
Sistem Tata Objek
Wisata................................................................ 20
B.
Sistem Tatanan
Sosial....................................................................... 20
C.
Sistem
Perekonomian................................................................ ...... 20
D.
Kelebihan-Kelebihan........................................................................ 20
E.
Kekurangan-Kekurangan............................................................ ..... 21
F.
Potensi-Potensi Yang
Dapat Dikembangkan................................ ... 21
BAB
IV PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................ 22
B.
Saran........................................................................................... ...... 23
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang penelitian
Yogyakarta
adalah tempat obyek wisata yang tidak asing lagi dimata orang ataupun di
berbagai manca Negara. Disitu banyak berbagai tempat-tempat obyek pariwisata
yang sangat penting, bersejarah dan mempunyai keunikan tersendiri dengan ciri
khasnya masing-masing
Tempat-tempat obyek pariwisata
tersebut misalnya : Candi Borobudur, Candi Prambanan, Monumen Jogja Kembali
(Monjali), Keraton Yogyakarta , dan taman pintar
Hal-hal
yang melatar belakangi pembuatan makalah ini adalah :
1.
Tugas dari guru yang bersangkutan.
2.
Penulis ingin memperluas pengetahuan tentang Yogyakarta.
3.
Penulis ingin mengetahui keindahan tempat pariwisata Yogyakarta secara
langsung.
B. Tujuan
penelitian
Tujuannya
untuk rekreasi sekaligus menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan yang tidak diajarkan di sekolah,mengetahui
tempat-tempat wisata yang ada di jogja, diantaranya kraton Yogyakarta, taman
pintar, candi prambanan, monjali, dan candi Borobudur. Yaitu untuk dapat mengetahui seluk beluk tempat-tempat
wisata yang ada di jogja
tersebut.
C. Manfaat
penelitian
menambah
ilmu pengetahuan, wawasan yang umum dan luas,mengenal tempat-tempat wisata di
jogja yang indah dan dipelihara di Indonesia, mengetahui asal usul dari
tempat-tempat wisata di jogja, mempererat keakraban dengan teman satu sekolah,
dan kebersamaan yang sangat erat dan kerjasama antar kelompok.
D. Waktu
dan tempat penelitian
Yogyakarta,
12 februari – 15 februari 2013.
BAB II
OBJEK YANG DIKUNJUNGI
A. KERATON
YOGYAKARTA
1.
Pandangan
umun
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau
Keraton Yogyakarta dikenal secara umum oleh masyarakat sebagai bangunan istana
salah satu kerajaan nusantara. Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi
Kesultanan Yogyakarta sampai tahun 1950 ketika pemerintah Negara Bagian
Republik Indonesia menjadikan Kesultanan Yogyakarta (bersama-sama Kadipaten
Paku Alaman) sebagai sebuah daerah berotonomi khusus setingkat provinsi dengan
nama Daerah Istimewa Yogyakarta.
Keraton
Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca
Perjanjian Giyanti di tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah
pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk
istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta)
yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton
merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan.
Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di
Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping
Kabupaten Sleman.
2. Tata
Ruang dan Arsitektur
Arsitek
istana ini adalah Sultan Hamengku Buwono I sendiri, yang merupakan pendiri dari
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Bangunan pokok dan desain dasar tata
ruang dari keraton berikut desain dasar landscape kota tua Yogyakarta
diselesaikan antara tahun 1755-1756. Bangunan lain di tambahkan kemudian oleh
para Sultan Yogyakarta berikutnya. Bentuk istana yang tampak sekarang ini
sebagian besar merupakan hasil pemugaran dan restorasi yang dilakukan oleh
Sultan Hamengku Buwono VIII (bertahta 1921-1939).
Dahulu
bagian utama istana, dari utara keselatan, dimulai dari Gapura Gladhag di utara
sampai di Plengkung Nirboyo di selatan. Bagian-bagian utama keraton Yogyakarta
dari utara ke selatan adalah: Gapura Gladag-Pangurakan; Kompleks Alun-alun Ler
(Lapangan Utara) dan Mesjid Gedhe (Masjid Raya Kerajaan); Kompleks Pagelaran,
Kompleks Siti Hinggil Ler, Kompleks Kamandhungan Ler; Kompleks Sri Manganti;
Kompleks Kedhaton; Kompleks Kamagangan; Kompleks Kamandhungan Kidul; Kompleks
Siti Hinggil Kidul (sekarang disebut Sasana Hinggil); serta Alun-alun Kidul
(Lapangan Selatan) dan Plengkung Nirbaya yang biasa disebut Plengkung Gadhing.
Selain
bagian-bagian utama yang berporos utara-selatan keraton juga memiliki bagian
yang lain. Bagian tersebut antara lain adalah Kompleks Pracimosono, Kompleks
Roto Wijayan, Kompleks Keraton Kilen, Kompleks Taman Sari, dan Kompleks Istana
Putra Mahkota (mula-mula Sawojajar kemudian di nDalem Mangkubumen). Di
sekeliling Keraton dan di dalamnya terdapat sistem pertahanan yang terdiri dari
tembok/dinding Cepuri dan Baluwerti. Di luar dinding tersebut ada beberapa
bangunan yang terkait dengan keraton antara lain Tugu Pal Putih, Gedhong
Krapyak, nDalem Kepatihan (Istana Perdana Menteri), dan Pasar Beringharjo.
a. Kompleks
Depan
1) Gladhag-Pangurakan
Gerbang
utama untuk masuk ke dalam kompleks Keraton Yogyakarta dari arah utara adalah
Gapura Gladhag dan Gapura Pangurakan yang terletak persis beberapa meter di sebelah
selatannya. Kedua gerbang ini tampak seperti pertahanan yang berlapis. Pada
zamannya konon Pangurakan merupakan tempat penyerahan suatu daftar jaga atau
tempat pengusiran dari kota bagi mereka yang mendapat hukuman
pengasingan/pembuangan.
Gapura
Gladhag dahulu terdapat di ujung utara Jalan Trikora (Kantor Pos Besar
Yogyakarta dan Bank BNI 46) namun sekarang ini sudah tidak ada. Di sebelah
selatannya adalah Gapura Pangurakan nJawi yang sekarang masih berdiri dan
menjadi gerbang pertama jika masuk Keraton dari utara. Di selatan Gapura
Pangurakan nJawi terdapat Plataran/lapangan Pangurakan yang sekarang sudah
menjadi bagian dari Jalan Trikora. Batas sebelah selatannya adalah Gapura
Pangurakan Lebet yang juga masih berdiri. Selepas dari Gapura Pangurakan
terdapat Kompleks Alun-alun Ler.
2) Alun-alun
Ler
Tanah
lapang, "Alun-alun Ler", di bagian utara kraton Yogyakarta dengan
pohon Ringin Kurung-nya
Alun-alun
Ler adalah sebuah lapangan berumput di bagian utara Keraton Yogyakarta. Dahulu
tanah lapang yang berbentuk persegi ini dikelilingi oleh dinding pagar yang
cukup tinggi. Sekarang dinding ini tidak terlihat lagi kecuali di sisi timur
bagian selatan. Saat ini alun-alun dipersempit dan hanya bagian tengahnya saja
yang tampak. Di bagian pinggir sudah dibuat jalan beraspal yang dibuka untuk
umum.
Di
pinggir Alun-alun ditanami deretan pohon Beringin (Ficus benjamina; famili
Moraceae) dan ditengah-tengahnya terdapat sepasang pohon beringin yang diberi
pagar yang disebut dengan Waringin Sengkeran/Ringin Kurung (beringin yang
dipagari).
3) Mesjid
Gedhe Kasultanan
Kompleks
Mesjid Gedhe Kasultanan (Masjid Raya Kesultanan) atau Masjid Besar Yogyakarta
terletak di sebelah barat kompleks Alun-alun utara. Kompleks yang juga disebut
dengan Mesjid Gedhe Kauman dikelilingi oleh suatu dinding yang tinggi. Pintu
utama kompleks terdapat di sisi timur. Arsitektur bangunan induk berbentuk
tajug persegi tertutup dengan atap bertumpang tiga. Untuk masuk ke dalam
terdapat pintu utama di sisi timur dan utara. Di sisi dalam bagian barat
terdapat mimbar bertingkat tiga yang terbuat dari kayu, mihrab (tempat imam
memimpin ibadah), dan sebuah bangunan mirip sangkar yang disebut maksura. Pada
zamannya (untuk alasan keamanan) di tempat ini Sultan melakukan ibadah. Serambi
masjid berbentuk joglo persegi panjang terbuka. Lantai masjid induk dibuat
lebih tinggi dari serambi masjid dan lantai serambi sendiri lebih tinggi
dibandingkan dengan halaman masjid. Di sisi utara-timur-selatan serambi
terdapat kolam kecil. Pada zaman dahulu kolam ini untuk mencuci kaki orang yang
hendak masuk masjid.
b. Kompleks
inti
Kompleks
Inti istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti
Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri
Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan
Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan).
1) Siti
Hinggil Ler
Di
selatan kompleks Pagelaran terdapat Kompleks Siti Hinggil. Kompleks Siti
Hinggil secara tradisi digunakan untuk menyelenggarakan upacara-upacara resmi
kerajaan. Di tempat ini pada 19 Desember 1949 digunakan peresmian Univ. Gadjah
Mada. Kompleks ini dibuat lebih tinggi dari tanah di sekitarnya dengan dua
jenjang untuk naik berada di sisi utara dan selatan. Di antara Pagelaran dan
Siti Hinggil ditanami deretan pohon Gayam (Inocarpus edulis/Inocarpus fagiferus;
famili Papilionaceae).
2) Kamandhungan
Lor
Di
selatan Siti Hinggil terdapat lorong yang membujur ke arah timur-barat. Dinding
selatan lorong merupakan dinding Cepuri dan terdapat sebuah gerbang besar, Regol
Brojonolo, sebagai penghubung Siti Hinggil dengan Kamandhungan. Di sebelah
timur dan barat sisi selatan gerbang terdapat pos penjagaan. Gerbang ini hanya
dibuka pada saat acara resmi kerajaan dan di hari-hari lain selalu dalam
keadaan tertutup. Untuk masuk ke kompleks Kamandhungan sekaligus kompleks dalam
Keraton sehari-hari melalui pintu Gapura Keben di sisi timur dan barat kompleks
ini yang masing-masing menjadi pintu masing-masing ke jalan Kemitbumen dan
Rotowijayan.
Kompleks
Kamandhungan Ler sering disebut Keben karena di halamannya ditanami pohon Keben
(Barringtonia asiatica; famili Lecythidaceae). Bangsal Ponconiti yang berada
ditengah-tengah halaman merupakan bangunan utama di kompleks ini. Dahulu
(kira-kira sampai 1812) bangsal ini digunakan untuk mengadili perkara dengan
ancaman hukuman mati di mana Sultan sendiri yang yang memimpin pengadilan.
3) Sri
Manganti
Kompleks
Sri Manganti terletak di sebelah selatan kompleks Kamandhungan Ler dan
dihubungkan oleh Regol Sri Manganti. Pada dinding penyekat terdapat hiasan
Makara raksasa. Di sisi barat kompleks terdapat Bangsal Sri Manganti yang pada
zamannya digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu-tamu penting kerajaan.
Sekarang di lokasi ini ditempatkan beberapa pusaka keraton yang berupa alat
musik gamelan. Selain itu juga difungsikan untuk penyelenggaraan even
pariwisata keraton. Bangsal Traju Mas yang berada di sisi timur dahulu menjadi
tempat para pejabat kerajaan saat mendampingi Sultan dala menyambut tamu.
4) kedhaton
Kompleks
kedhaton merupakan inti dari Keraton seluruhnya. Halamannya kebanyakan
dirindangi oleh pohon Sawo kecik (Manilkara kauki; famili Sapotaceae). Kompleks
ini setidaknya dapat dibagi menjadi tiga bagian halaman (quarter). Bagian
pertama adalah Pelataran Kedhaton dan merupakan bagian Sultan. Bagian
selanjutnya adalah Keputren yang merupakan bagian istri (para istri) dan para
puteri Sultan. Bagian terakhir adalah Kesatriyan, merupakan bagian putra-putra
Sultan. Di kompleks ini tidak semua bangunan maupun bagiannya terbuka untuk
umum, terutama dari bangsal Kencono ke arah barat.
a) Pintu
Gerbang Donopratopo
Di
sisi selatan kompleks Sri Manganti berdiri Regol Donopratopo yang menghubungkan
dengan kompleks Kedhaton. Di muka gerbang terdapat sepasang arca raksasa
Dwarapala yang dinamakan Cinkorobolo disebelah timur dan Bolobuto di sebelah
barat. Di sisi timur terdapat pos penjagaan. Pada dinding penyekat sebelah
selatan tergantung lambang kerajaan, Praja Cihna.
Di
bagian Pelataran Kedhaton, Bangsal Kencono (Golden Pavilion) yang menghadap ke
timur merupakan balairung utama istana. Di tempat ini dilaksanakan berbagai
upacara untuk keluarga kerajaan di samping untuk upacara kenegaraan. Di keempat
sisi bangunan ini terdapat Tratag Bangsal Kencana yang dahulu digunakan untuk
latihan menari. Di sebelah barat bangsal Kencana terdapat nDalem Ageng
Proboyakso yang menghadap ke selatan. Bangunan yang berdinding kayu ini
merupakan pusat dari Istana secara keseluruhan. Di dalamnya disemayamkan Pusaka
Kerajaan (Royal Heirlooms), Tahta Sultan, dan Lambang-lambang Kerajaan
(Regalia) lainnya.
b) Keputren.
Keputren
merupakan tempat tinggal Permaisuri dan Selir raja. Di tempat yang memiliki
tempat khusus untuk beribadat pada zamannya tinggal para puteri raja yang belum
menikah. Tempat ini merupakan kawasan tertutup sejak pertama kali didirikan
hingga sekarang. Kesatriyan pada zamannya digunakan sebagai tempat tinggal para
putera raja yang belum menikah. Bangunan utamanya adalah Pendapa Kesatriyan,
Gedhong Pringgandani, dan Gedhong Srikaton. Bagian Kesatriyan ini sekarang
dipergunakan sebagai tempat penyelenggaraan even pariwisata. Di antara Plataran
Kedhaton dan Kesatriyan dahulu merupakan istal kuda yang dikendarai oleh
Sultan.
5) Kamagangan
Di
sisi selatan kompleks Kedhaton terdapat Regol Kamagangan yang menghubungkan
kompleks Kedhaton dengan kompleks Kemagangan. Gerbang ini begitu penting karena
di dinding penyekat sebelah utara terdapat patung dua ekor ular yang
menggambarkan tahun berdirinya Keraton Yogyakarta. Di sisi selatannya pun terdapat
dua ekor ular di kanan dan kiri gerbang yang menggambarkan tahun yang sama.
Dahulu
kompleks Kemagangan digunakan untuk penerimaan calon pegawai (abdi-Dalem
Magang), tempat berlatih dan ujian serta apel kesetiaan para abdi-Dalem magang.
Bangsal Magangan yang terletak di tengah halaman besar digunakan sebagai tempat
upacara Bedhol Songsong, pertunjukan wayang kulit yang menandai selesainya
seluruh prosesi ritual di Keraton. Bangunan Pawon Ageng (dapur istana) Sekul
Langgen berada di sisi timur dan Pawon Ageng Gebulen berada di sisi barat.
Kedua nama tersebut mengacu pada jenis masakan nasi Langgi dan nasi Gebuli.
6) Kamandhungan
Kidul
Di
ujung selatan jalan kecil di selatan kompleks Kamagangan terdapat sebuah
gerbang, Regol Gadhung Mlati, yang menghubungkan kompleks Kamagangan dengan
kompleks Kamandhungan Kidul/selatan. Dinding penyekat gerbang ini memiliki
ornamen yang sama dengan dinding penyekat gerbang Kamagangan. Di kompleks
Kamandhungan Kidul terdapat bangunan utama Bangsal Kamandhungan. Bangsal ini konon
berasal dari pendapa desa Pandak Karang Nangka di daerah Sokawati yang pernah
menjadi tempat Sri Sultan Hamengkubuwono I bermarkas saat perang tahta III. Di
sisi selatan Kamandhungan Kidul terdapat sebuah gerbang, Regol Kamandhungan,
yang menjadi pintu paling selatan dari kompleks cepuri. Di antara kompleks
Kamandhungan Kidul dan Siti Hinggil Kidul terdapat jalan yang disebut dengan
Pamengkang.
7) Siti
Hinggil Kidul
Siti
Hinggil Kidul atau yang sekarang dikenal dengan Sasana Hinggil Dwi Abad
terletak di sebelah utara alun-alun Kidul. Luas kompleks Siti Hinggil Kidul
kurang lebih 500 meter persegi. Permukaan tanah pada bangunan ini ditinggikan
sekitar 150 cm dari permukaan tanah di sekitarnya. Sisi timur-utara-barat dari
kompleks ini terdapat jalan kecil yang disebut dengan Pamengkang, tempat orang
berlalu lalang setiap hari. Dahulu di tengah Siti Hinggil terdapat pendapa
sederhana yang kemudian dipugar pada 1956 menjadi sebuah Gedhong Sasana Hinggil
Dwi Abad sebagai tanda peringatan 200 tahun kota Yogyakarta.
Siti
Hinggil Kidul digunakan pada zaman dulu oleh Sultan untuk menyaksikan para
prajurit keraton yang sedang melakukan gladi bersih upacara Garebeg, tempat
menyaksikan adu manusia dengan macan (rampogan) dan untuk berlatih prajurit
perempuan, Langen Kusumo. Tempat ini pula menjadi awal prosesi perjalanan
panjang upacara pemakaman Sultan yang mangkat ke Imogiri. Sekarang, Siti
Hinggil Kidul digunakan untuk mempergelarkan seni pertunjukan untuk umum
khususnya wayang kulit, pameran, dan sebagainya.
c. Kompleks
Pagelaran
Bangunan
utama adalah Bangsal Pagelaran yang dahulu dikenal dengan nama Tratag Rambat.
Pada zamannya Pagelaran merupakan tempat para punggawa kesultanan menghadap
Sultan pada upacara resmi. Sekarang sering digunakan untuk even-even pariwisata,
religi, dan lain-lain disamping untuk upacara adat keraton. Sepasang Bangsal
Pemandengan terletak di sisi jauh sebelah timur dan barat Pagelaran. Dahulu
tempat ini digunakan oleh Sultan untuk menyaksikan latihan perang di Alun-alun
Lor.
Sepasang
Bangsal Pasewakan/Pengapit terletak tepat di sisi luar sayap timur dan barat
Pagelaran. Dahulu digunakan para panglima Kesultanan menerima perintah dari
Sultan atau menunggu giliran melapor kepada beliau kemudian juga digunakan
sebagai tempat jaga Bupati Anom Jaba. Sekarang digunakan untuk kepentingan
pariwisata (semacam diorama yang menggambarkan prosesi adat, prajurit keraton
dan lainnya).
Bangsal
Pengrawit yang terletak di dalam sayap timur bagian selatan Tratag Pagelaran
dahulu digunakan oleh Sultan untuk melantik Pepatih Dalem. Saat ini di sisi
selatan kompleks ini dihiasi dengan relief perjuangan [Hamengkubuwono I|Sultan
HB I]] dan Sultan HB IX. Kompleks Pagelaran ini pernah digunakan oleh
Universitas Gadjah Mada sebelum memiliki kampus di Bulak Sumu.
d. Bagian
Lain Keraton
1) Pracimosono
2) Roto
Wijayan
3) Kawasan
Tertutup
B. TAMAN
PINTAR
1. Sejarah
Taman Pintar
Pembangunan
Taman Pintar dimulai sejak Mei 2006 dan diresmikan pada 9 Juni 2007 oleh
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono X, bersama dua
menteri, yakni Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Kusmayanto Kadiman,
P.hD. dan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Prof. Dr. Bambang Sudibyo,
MBA. Taman ini memadukan secara serasi konsep pendidikan dan konsep permainan
sebagai sarana penyebaran informasi tentang hiburan dan khazanah iptek.
Pendekatan taman ini dalam menyampaikan iptek dilakukan melalui berbagai media
dengan tujuan meningkatkan apresiasi, merangsang rasa ingin tahu, menumbuhkan
kesadaran, dan memancing kreatifitas anak-anak terhadap iptek.
Dengan
pendekatan itulah taman ini memilih maskot berupa “Burung Hantu Memakai
Blangkon”. Burung Hantu dimaknai sebagai burung malam yang mempunyai kepekaan
tinggi, mampu mempelajari, dan mampu merasakan kejadian alam yang ada di
sekitarnya, sedangkan blangkon merupakan pakaian adat Yogyakarta yang digunakan
untuk menutup kepala laki-laki. Adapun moto taman ini menggunakan landasan
filosofis yang diadopsi dari ajaran Ki Hadjar Dewantara, yakni 3N: Niteni
(memahami/mengingat), Nirokake (menirukan), dan Nambahi (mengembangkan).
Dalam
konteks masa kini, filosofi tersebut menemukan relevansinya dengan proses
transfer ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengacu pada konsep 3A, yaitu:
Adopt, Adapt, dan Advance.
2. Motto
taman pintar
Motto
Taman Pintar nampak sederhana yakni tiga-N : “ Niteru, Niroake, Nambahi”
sesungguhnya memiliki kedalaman fisiologinya Ki Hajar Dewantara. Dalam konteks
masa kini, filosofi itu ada konsekwensinya dengan proses transfer teknologi
yang mengacu pada konsep Three – A yaitu : “Adopt, Adapt, Adrance” disebut
taman pintar karena dikawasan ini siswa mulai prasekolah sampai SLTA bisa
dengan leluasa memperdalam pemahamanya soal materi pelajaran yang diterima di
sekolah dan berkreasi.
Pendekatan
untuk menyampaikan lmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui berbagai
media dengan tujuan meningkatkan prestasi terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi. Secara garis besar materi isi taman pintar terbagi menurut kelompok
usia dan penekanan materi. Terbagi atas usia tingkat prasekolah hingga taman
kanak-kanak dan sekolah dasar hingga sekolah menengah. Sedangkan menurut
penekanan materi diwujudkan dalam interaksi antara pengunjung dan materi yang
disampaikan melalui anjungan yang ada. Salah satu dari sejumlah permainan yang
disediakan ditaman antara lain : permainan air yang memperkenalan bagaimana
terjadinya pelangi. Permainan yang tidak kalah menariknya adalah permainan
parabola berbisik. Masing-masing anak berdiri di depan parabola yang jaraknya
15 m, kemudian mereka berbisik. Nah temannya yang jauh dari parabola itu nanti
akan mendengar. Itu namanya Leonvort perambatan pantulan gelombang suara, jadi
melalui media udara.
Beberapa
zona di Taman Pintar Yogyakarta :
a. Playground
Tempat
ini ditujukan untuk ruang publik bagi pengunjung dan menyediakan wahana bermain
untuk anak-anak, seperti; Pipa Bercerita, Parabola Berbisik, Rumah Pohon, Air
Menari, Koridor Air, Desaku Permai, Spektrum Warna Dinding Berdendang, Sistem
Katrol, Jembatan Goyang, Jungkat-jungkit, Istana Pasir, Engklek, dan Forum Batu
b. Gedung
Heritage
Sebagai
tempat pendidikan anak usia dini (PAUD), yaitu anak-anak usia pra-sekolah dan
taman kanak-kanak (TK)
c. Gedung
Oval
Pengenalan
linkungan, eksibisi ilmu pengetahuan, zona pemaparan, sejarah dan teknologi
berada di sona ini.
d. Gedung
Kotak
Merupakan
gedung yang terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama; ruang pameran, ruang
audiovisual, radio anak Jogja, food court, dan souvenier counter. Lantai kedua;
zona materi dasar dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, terdiri dari
Indonesiaku, jembatan sains, teknologi populer, teknologi canggih, dan
perpustakaan. Lantai ketiga; terdiri dari laboratorium sains, animasi dan
televisi, serta kelas latihan.
C. CANDI
PRAMBANAN
Candi
Rara Jonggrang atau Lara Jonggrang yang terletak di Prambanan adalah kompleks
candi Hindu terbesar di Indonesia. Candi ini terletak di pulau Jawa, kurang
lebih 20 km timur Yogyakarta, 40 km barat Surakarta dan 120 km selatan
Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Candi Rara Jonggrang terletak di desa Prambanan yang wilayahnya
dibagi antara kabupaten Sleman dan Klaten. Candi ini dibangun pada sekitar
tahun 850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang ini, yakni: Rakai Pikatan,
raja kedua wangsa Mataram I atau Balitung Maha Sambu, semasa wangsa Sanjaya.
Tidak lama setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan mulai rusak.
Pada
tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons seorang berkebangsaan Belanda,
kemudian pada tahun 1855 Jan Willem IJzerman mulai membersihkan dan memindahkan
beberapa batu dan tanah dari bilik candi. beberapa saat kemudian Isaäc Groneman
melakukan pembongkaran besar-besaran dan batu-batu candi tersebut ditumpuk
secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak. Pada tahun 1902-1903.
Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan
runtuh. Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala
(Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara yang lebih metodis
dan sistematis, sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan pemindahan
dan pembongkaran beribu-ribu batu tanpa memikirkan adanya usaha pemugaran
kembali.Pada tahun 1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya pada tahun
1930. Pada tahun 1931 digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada tahun
1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia
dan itu berlanjut hingga tahun 1993.
Banyak
bagian candi yang direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli
banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan
direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak
candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja. Sekarang, candi ini adalah sebuah situs yang
dilindungi oleh UNESCO mulai tahun 1991. Antara lain hal ini berarti bahwa kompleks
ini terlindung dan memiliki status istimewa, misalkan juga dalam situasi
peperangan.
Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di
Asia Tenggara, tinggi bangunan utama adalah 47m. Kompleks candi ini terdiri
dari 8 kuil atau candi utama dan lebih daripada 250 candi kecil.
Tiga
candi utama disebut Trisakti dan dipersembahkan kepada sang hyang Trimurti:
Batara Siwa sang Penghancur, Batara Wisnu sang Pemelihara dan Batara Brahma
sang Pencipta. Candi Siwa di tengah-tengah, memuat empat ruangan, satu ruangan
di setiap arah mata angin. Sementara yang pertama memuat sebuah arca Batara
Siwa setinggi tiga meter, tiga lainnya mengandung arca-arca yang ukuran lebih
kecil, yaitu arca Durga, sakti atau istri Batara Siwa, Agastya, gurunya, dan
Ganesa, putranya. Arca Durga juga disebut sebagai Rara atau Lara/Loro Jongrang
(dara langsing) oleh penduduk setempat. Untuk lengkapnya bisa melihat di
artikel Loro Jonggrang. Dua candi
lainnya dipersembahkan kepada Batara Wisnu, yang menghadap ke arah utara dan
satunya dipersembahkan kepada Batara Brahma, yang menghadap ke arah selatan.
Selain itu ada beberapa candi kecil lainnya yang dipersembahkan kepada sang
lembu Nandini, wahana Batara Siwa, sang Angsa, wahana Batara Brahma, dan sang
Garuda, wahana Batara Wisnu. Lalu relief di sekeliling dua puluh tepi candi
menggambarkan wiracarita Ramayana. Versi yang digambarkan di sini berbeda
dengan Kakawin Ramayana Jawa Kuna, tetapi mirip dengan cerita Ramayana yang
diturunkan melalui tradisi lisan.
Selain
itu kompleks candi ini dikelilingi oleh lebih dari 250 candi yang ukurannya
berbeda-beda dan disebut perwara. Di dalam kompleks candi Prambanan terdapat
juga museum yang menyimpan benda sejarah, termasuk batu Lingga batara Siwa,
sebagai lambang kesuburan.
D. MONUMEN
JOGJA KEMBALI (MONJALI)
Bunyi
sirene tanda istirahat dibunyikan dari pos pertahanan Belanda. Di bawah komando
Letkol Soeharto, Komandan Brigade 10 daerah Wehrkreise III, mulai menggempur
pertahanan Belanda setelah mendapat persetujuan dari Sri Sultan Hamengku Buwono
IX selaku penggagas serangan. Pasukan Belanda yang satu bulan semenjak Agresi
Militer Belanda II bulan Desember 1948 disebar pada pos-pos kecil, terpencar
dan melemah.
Selama
enam jam Tentara Nasional Indonesia (TNI) berhasil menduduki Kota Yogyakarta,
setelah memaksa mundur pasukan Belanda. Tepat pukul 12.00 siang, sesuai dengan
rencana, semua pasukan TNI menarik diri dari pusat kota ketika bantuan Belanda
datang. Sebuah kekalahan telak bagi pihak Belanda.
Pertempuran
yang dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret inilah yang menjadi awal pembuktian
pada dunia internasional bahwa TNI masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan
perlawanan serta menyatakan bahwa Republik Indonesia masih ada. Hal ini terpicu
setelah Pemerintah Belanda yang telah menangkap dan mengasingkan Bung Karno dan
Bung Hatta ke Sumatera, memunculkan propaganda dengan menyatakan Republik
Indonesia sudah tidak ada.
Berita
perlawanan selama enam jam ini kemudian dikabarkan ke Wonosari, diteruskan ke
Bukit Tinggi, lalu Birma, New Delhi (India), dan berakhir di kantor pusat PBB
New York. Dari kabar ini, PBB yang menganggap Indonesia telah merdeka memaksa
mengadakan Komisi Tiga Negara (KTN). Dalam pertemuan yang berlangsung di Hotel
Des Indes Jakarta pada tanggal 14 April 1949 ini, wakil Indonesia yang dipimpin
Moh. Roem dan wakil Belanda yang dipimpin Van Royen, menghasilkan sebuah
perjanjian yang ditanda tangani pada tanggal 7 Mei 1949. perjanjian ini
kemudian disebut dengan perjanjian Roem Royen (Roem Royen Statement).
Dalam
perjanjian ini Belanda dipaksa untuk menarik pasukannya dari Indonesia, serta
memulangkan Presiden dan Wakil Presiden, Soekarno-Hatta ke Jogja. Hingga
akhirnya pada tanggal 27 Desember 1949 secara resmi Belanda menyerahkan
kedaulatan kepada Republik Indonesia.
1. Makna
Yang Tersirat dan Tersurat Dalam Tetengger Sejarah
Untuk
mengenang peristiwa sejarah perjuangan bangsa, pada tanggal 29 Juni 1985
dibangun Monumen Yogya Kembali (Monjali). Peletakkan batu pertama monumen
setinggi 31,8 meter dilakukan oleh HB IX setelah melakukan upacara tradisional
penanaman kepala kerbau. Empat tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 6 Juli
1989, bangunan ini selesai dibangun. Pembukaannya diresmikan oleh Presiden
Suharto dengan penandatanganan Prasasti.Monumen yang terletak di Dusun
Jongkang, Kelurahan Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kapubaten Sleman ini
berbentuk gunung, yang menjadi perlambang kesuburan juga mempunyai makna
melestarikan budaya nenek moyang pra sejarah. Peletakan bangunanpun mengikuti
budaya Jogja, terletak pada sumbu imajiner yang menghubungkan Merapi, Tugu,
Kraton, Panggung Krapyak dan Parang Tritis.
" Poros Makro Kosmos atau Sumbu Besar
Kehidupan" begitu menurut Pak Gunadi pada YogYES. Titik imajiner pada
bangunan yang berdiri di atas tanah seluas 5,6 hektar ini bisa dilihat pada
lantai tiga, tepatnya pada tempat berdirinya tiang bendera.
Nama
Monumen Yogya Kembali merupakan perlambang berfungsinya kembali Pemerintahan
Republik Indonesia dan sebagai tetengger sejarah ditarik mundurnya tentara
Belanda dari Ibukota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan kembalinya
Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan petinggi lainnya pada
tanggal 6 Juli 1949 di Yogyakarta.
2. Replika
Pesawat Hingga Ruang Hening
Memasuki
area monumen yang terletak sekitar tiga kilometer dari pusat kota Jogja ini,
pengunjung akan disambut dengan replika Pesawat Cureng di dekat pintu timur
serta replika Pesawat Guntai di dekat pintu barat. Menaiki podium di barat dan
timur pengunjung bisa melihat dua senjata mesin beroda lengkap dengan tempat
duduknya, sebelum turun menuju pelataran depan kaki gunung Monumen.
Di
ujung selatan pelataran berdiri tegak sebuah dinding yang memuat 420 nama
pejuang yang gugur antara 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949 serta puisi
Karawang Bekasi-nya Chairil Anwar untuk pahlawan yang tidak diketahui namanya.
Monumen
dikelilingi oleh kolam (jagang) yang dibagi oleh empat jalan menuju bangunan
utama. Jalan barat dan timur menghubungkan dengan pintu masuk lantai satu yang
terdiri dari empat ruang museum yang menyajikan sedikitnya 1.000 koleksi
tentang Satu Maret, perjuangan sebelum kemerdekaan hingga Kota Yogyakarta
menjadi ibukota RI. Seragam Tentara Pelajar dan kursi tandu Panglima Besar
Jenderal Sudirman yang masih tersimpan rapi di sana. Di samping itu, ada juga
ruang Sidang Utama, yang letaknya di sebelah ruang museum I. Ruangan berbentuk
lingkaran dengan diameter sekitar 25 meter ini berfungsi sebagai ruang
serbaguna, karena biasa disewakan untuk keperluan seminar atau pesta
pernikahan.
Sementara
itu jalan utara dan selatan terhubung dengan tangga menuju lantai dua pada
dinding luar yang melingkari bangunan terukir 40 relief yang menggambarkan
peristiwa perjuangan bangsa mulai dari 17 Agustus 1945 hingga 28 Desember 1949.
sejumlah peristiwa sejarah seperti
perjuangan fisik dan diplomasi sejak masa Proklamasi Kemerdekaan, kembalinya
Presiden dan Wakil Persiden ke Yogyakarta hingga pembentukan Tentara Keamanan
Rakyat tergambar di relief tersebut. Sedangkan di dalam bangunan, berisi 10
diorama melingkari bangunan yang menggambarkaan rekaan situasi saat Belanda
menyerang Maguwo pada tanggal 19 Desember 1948, SU Satu Maret, Perjanjian Roem
Royen, hingga peringatan Proklamasi 17 Agustus 1949 di Gedung Agung Yogyakarta.
Lantai
teratas merupakan tempat hening berbentuk lingkaran, dilengkapi dengan tiang
bendera yang dipasangi bendera merah putih di tengah ruangan, relief gambar
tangan yang menggambarkan perjuangan fisik pada dinding barat dan perjuangan
diplomasi pada dinding timur. Ruangan bernama Garbha Graha itu berfungsi
sebagai tempat mendoakan para pahlawan dan merenungi perjuangan mereka. Selama
ini perjuangan bangsa hanya bisa didengar melalui guru-guru sejarah di sekolah,
atau cerita seorang kakek pada cucunya. Monumen Yogya Kembali memberikan
gambaran yang lebih jelas bagaimana kemerdekaan itu tercapai. Melihat berbagai
diorama, relief yang terukir atau koleksi pakaian hingga senjata yang pernah
dipakai oleh para pejuang kemerdekaan. Satu tempat yang akan memuaskan segala
keingin tahuan tentang perjalanan Bangsa Indonesia meraih kemerdekaan.
E. CANDI
BOROBUDUR
1. Gambaran
Umum
Borobudur
adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang
dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para
penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa
pemerintahan wangsa Syailendra.
2. Sejarah
Candi Borobudur
Borobudur
dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad ke-9. Candi Borobudur dibangun oleh
para penganut agama Buddha Mahayana pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra.
Candi ini dibangun pada masa kejayaan dinasti Syailendra. Pendiri Candi
Borobudur yaitu Raja Samaratungga yang berasal dari wangsa atau dinasti
Syailendra.
Kemungkinan
candi ini dibangun sekitar tahun 824 M dan selesai sekitar menjelang tahun
900-an Masehi pada masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani yang adalah putri
dari Samaratungga. Sedangkan arsitek yang berjasa membangun candi ini menurut
kisah turun-temurun bernama Gunadharma.
Candi
ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan. Kemudian karena letusan gunung
berapi, sebagian besar bangunan Candi Borobudur tertutup tanah vulkanik. Selain
itu, bangunan juga tertutup berbagai pepohonan dan semak belukar selama
berabad-abad. Kemudian bangunan candi ini mulai terlupakan pada zaman Islam
masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15. Pada
tahun 1814 saat Inggris menduduki Indonesia, Sir Thomas Stamford Raffles
mendengar adanya penemuan benda purbakala berukuran raksasa di desa Bumisegoro
daerah Magelang. Karena minatnya yang besar terhadap sejarah Jawa, maka Raffles
segera memerintahkan H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk
menyelidiki lokasi penemuan yang saat itu berupa bukit yang dipenuhi semak
belukar.
Cornelius
dibantu oleh sekitar 200 pria menebang pepohonan dan menyingkirkan semak
belukar yang menutupi bangunan raksasa tersebut. Karena mempertimbangkan
bangunan yang sudah rapuh dan bisa runtuh, maka Cornelius melaporkan kepada
Raffles penemuan tersebut termasuk beberapa gambar.
Karena
penemuan itu, Raffles mendapat penghargaan sebagai orang yang memulai pemugaran
Candi Borobudur dan mendapat perhatian dunia. Pada tahun 1835, seluruh area
candi sudah berhasil digali. Candi ini terus dipugar pada masa penjajahan
Belanda.
Setelah
Indonesia merdeka, pada tahun 1956, pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO
untuk meneliti kerusakan Borobudur. Lalu pada tahun 1963, keluar keputusan
resmi pemerintah Indonesia untuk melakukan pemugaran Candi Borobudur dengan
bantuan dari UNESCO. Namun pemugaran ini baru benar-benar mulai dilakukan pada
tanggal 10 Agustus 1973. Proses pemugaran baru selesai pada tahun 1984. Sejak
tahun 1991, Candi Borobudur ditetapkan sebagai World Heritage Site atau Warisan
Dunia oleh UNESCO.
3. Nama
Borobudur
Banyak
teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa
nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, yaitu artinya
"gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur
berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi
menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata
"bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata
vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa
Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah
"tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di
atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah
tinggi.
Sejarawan
J.G. de Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa
sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan
boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.
4. Struktur
Borobudur
Candi
Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri 10 tingkat, berukuran 123 x
123 meter, tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah
direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan.10 tingkat itu
terdiri dari;enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk
bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya, yang menghadap kea
rah barat. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
Jumlah stupa di kompleksnya tersebut 594.
Borobudur
yang bertingkat sepuluh menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana.
Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva
yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.
·
Kamadhatu, bagian dasar Borobudur,
melambangkan manusia yang masih terikat nafsu.
·
Rupadhatu, empat tingkat di atasnya,
melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu namun masih
terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha diletakkan
terbuka.
·
Arupadhatu, tiga tingkat di atasnya
dimana Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-lubang. Melambangkan
manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk.
·
Arupa, bagian paling atas yang
melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam
Di
masa lalu, beberapa patung Buddha bersama dengan 30 batu dengan relief, dua
patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan
kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (kini
Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda ketika
itu.
Borobudur
tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah
lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi
dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah umat
Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah
kanan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga
merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk
arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia. Struktur Borobudur bila dilihat
dari atas membentuk struktur Mandala.
5. Relief
Di
setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi. Relief-relief ini
dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna
yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah timur.
Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain relief-relief
cerita jātaka.
Pembacaan
cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, dan berakhir pada pintu gerbang
sisi timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan berakhir di
sebelah kanan pintu gerbang itu. Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah
tangga naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya bahwa candi
menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara
runtutan, maka cerita pada relief candi secara singkat bermakna sebagai berikut
:
a. Karmawibhangga
Salah
satu ukiran Karmawibhangga di dinding candi Borobudur (lantai 0 sudut tenggara)
Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding
batur yang terselubung tersebut menggambarkan hukum karma. Deretan relief
tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi pada setiap pigura
menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab akibat. Relief
tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia
disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik
manusia dan pahala. Secara keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia
dalam lingkaran lahir - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan
oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk menuju
kesempurnaan.
b. Lalitawistara
Merupakan
penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan
merupakan riwayat yang lengkap ) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari
sorga Tusita, dan berakhir dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota
Banaras. Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan, setelah
melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi timur.
Ke-27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia,
sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa
selaku calon Buddha. Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di
arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri
Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang
berakhir dengan wejangan pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai
Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti
"hukum", sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.
c. Jataka
dan Awadana
Jataka
adalah cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran
Siddharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang membedakan
Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga. Sesungguhnya, pengumpulan
jasa/perbuatan baik merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju ketingkat
ke-Buddha-an.
Sedangkan
Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan
Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab
Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau
seratus cerita Awadana. Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana,
diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa
dibedakan. Himpunan yang paling terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah
Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup
dalam abad ke-4 Masehi.
d. Gandawyuha
Merupakan
deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita Sudhana yang
berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi
tentang Kebenaran Sejati oleh Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan
pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian
penutupnya berdasarkan cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari.
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. SISTEM
TATA OBJEK WISATA
Sistem tata objek wisata sangat beraneka ragam,
bersejarah,dan indah. maka tak heran banyak
pengunjung yang datang ke daerah yogyakarta untuk mengetahui sejarah-sejarah yang ada di tempat
tersebut.
B. SISTEM
TATANAN SOSIAL
Sistem
tatanan sosial masyarakat disana baik, karena orang-orang disana sangat ramah,
walaupun tidak semua begitu,itu terbukti dengan adanya pendatang yang berdagang
(bukan penduduk asli) yang bejualan tidak begitu ramah dalam melayani pembeli, Dan
juga masyarakat disana semangat kerjanya tinggi dan tidak pemalas
dengan begitu hampir tidak ada yang pengangguran, itu dapat dilihat
dengan banyaknya penjual dari yang muda sampai yang tua, dan kebudayaan
tradisional yang masih kental.
C. SISTEM
PEREKONOMIAN
Sistem
perekonomian disana dapat dikatakan maju
karena dengan adanya tempat-tempat objek wisata yang banyak dikunjungi oleh
orang dalam negeri bahkan banyak dari
luar negeri, jalan yang luas dan bersih , dengan begitu mencirikan majunya perekonomian daerah tersebut. Namun tidak
dapat dikatakan bahwa perekonomian dari setiap masyarakat disana maju,dapat
dilihat dengan banyaknya pedagang asongan dan kaki lima. Dan juga dapat kita
lihat disana kita tidak menemui pengemis, melainkan banyaknya yang bekerja.
D. KELEBIHAN-KELEBIHAN
Kelebihan-kelebihan
diantaranya yogyakarta merupakan daerah
istimewa karena mempunyai candi borobudur yang menjadi 7 keajaiban
dunia,tempat-tempatnya bersih, penduduk yang ramah, adanya tempat-tempat
perbelanjaan yang terjangkau bahkan dapat dikatakan murah.
E. KEKURANGAN-KEKURANGAN
adanya manipulasi pedagang dalam menjual
dagangannya, masih adanya pedagang yang tidak ramah dalam melayani pembeli
bahkan seperti menyinggung ataupun membentak.
F. POTENSI-POTENSI
YANG DAPAT DIKEMBANGKAN
Semangat
kerja yang dapat ditiru, sistem tata
objek yang bersih dapat diperbanyak atau diperlengkap, perekonomian yang maju
ataupun perekonomian dari
masyarakat yang dapat
dikembangkan.
BAB
IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tempat-tempat
wisata di Yogyakarta sangatlah banyak dan bersejarah sekaligus indah yang patut
dilestarikan, diantaranya keraton
Yogyakartaan candi borobudur, candi prambanan, monjali,dan taman pintar. Dan
tempat-tempat tersebut memiliki bagian atau ruang masing-masing yang bersejarah
ataupun menyimpan barang-barang bersejarah.Keraton Yogyakarta merupakan istana
resmi Kesultanan Yogyakarta sampai tahun 1950 ketika pemerintah Negara Bagian
Republik Indonesia menjadikan Kesultanan Yogyakarta (bersama-sama Kadipaten
Paku Alaman) sebagai sebuah daerah berotonomi khusus setingkat provinsi dengan nama
Daerah Istimewa Yogyakarta dan juga
memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara),
Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan,
Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung
Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik
yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah.
Taman pintar memadukan secara serasi konsep pendidikan dan
konsep permainan sebagai sarana penyebaran informasi tentang hiburan dan
khazanah iptek. Pendekatan taman ini dalam menyampaikan iptek dilakukan melalui
berbagai media dengan tujuan meningkatkan apresiasi, merangsang rasa ingin
tahu, menumbuhkan kesadaran, dan memancing kreatifitas anak-anak terhadap iptek. Dengan pendekatan
itulah taman ini memilih maskot berupa “Burung Hantu Memakai Blangkon”. Burung
Hantu dimaknai sebagai burung malam yang mempunyai kepekaan tinggi, mampu
mempelajari, dan mampu merasakan kejadian alam yang ada di sekitarnya.
sedangkan blangkon merupakan pakaian adat Yogyakarta yang digunakan untuk
menutup kepala laki-laki. Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Asia
Tenggara, tinggi bangunan utama adalah 47m.Kompleks candi ini terdiri dari 8
kuil atau candi utama dan lebih daripada 250 candi kecil.Tiga candi utama
disebut Trisakti dan dipersembahkan kepada sang hyang Trimurti: Batara Siwa
sang Penghancur, Batara Wisnu sang Pemelihara dan Batara Brahma sang
Pencipta.Candi Siwa di tengah-tengah, memuat empat ruangan.
satu
ruangan di setiap arah mata angin. Sementara yang pertama memuat sebuah arca
Batara Siwa setinggi tiga meter, tiga lainnya mengandung arca-arca yang ukuran
lebih kecil, yaitu arca Durga, sakti atau istri Batara Siwa, Agastya, gurunya,
dan Ganesa, putranya.
Banyak
bagian candi yang direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli
banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan
direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak
candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja.
Untuk mengenang peristiwa sejarah perjuangan bangsa, pada tanggal 29 Juni 1985
dibangun Monumen Yogya Kembali (Monjali). Peletakkan batu pertama monumen
setinggi 31,8 meter dilakukan oleh HB IX setelah melakukan upacara tradisional
penanaman kepala kerbau. Empat tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 6 Juli
1989, bangunan ini selesai dibangun. Pembukaannya diresmikan oleh Presiden
Suharto dengan penandatanganan Prasasti. Borobudur adalah nama sebuah candi
Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah
kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat
laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana
sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.tahap
pembangunan candi borobudaur mengalami beberapa tahap, yaitu tahap pertama,
kedua, ketiga, dan keempat.
B. SARAN
Yogyakarta memiliki
tempat-tempat wisata yang indah dan bersejarah yang patut dilestarikan oleh
kita sebagai orang Indonesia, diantaranya dengan tidak merusak ataupun
mencemari tempat tersebut, dan sepatutnya kita ikut berpartisipasi dalam
melestarikannya.
Seperti
berinisiatif untuk
memikirkan bagaimana caranya menyelesaikan atau menemukan potongan-potongan
batu candi prambanan yang belum
selesai,malah bukan mengambil atau merusak potongan dari batu-batu tersebut.
Menghargai kebudayaan dan adat istiadat masyarakat Yogyakarta, dan yang utama
mencintai tempat-tempat wisata ditanah air tercinta.
DAFTAR FUSTAKA
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/borobudur/
LAMPIRAN-LAMPIRAN
5. saat mengunjungi monumen jogja kembali
LAMPIRAN-LAMPIRAN
- saat mengunjungi keraton jogja
2. saat mengunjungi taman pintar
3. Saat mengunjungi candi prambanan
4. saat mengunjungi candi borobudur
5. saat mengunjungi monumen jogja kembali
No comments:
Post a Comment